Angin Puting Beliung Melanda Bandung, BNPB Edukasi Warga Mitigasi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem

- 24 Februari 2024, 23:29 WIB
Breaking news, angin puting beliung menyapu Kampung Citawa, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Breaking news, angin puting beliung menyapu Kampung Citawa, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. /Dok

MATA BANDUNG - Angin puting beliung melanda wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, mengakibatkan kerugian. Ada setidaknya 493 rumah warga yang rusak di Kabupaten Bandung, dan sekitar 10 rumah warga lainnya di Kabupaten Sumedang. Selain itu, ada 422 KK yang terdampak di Kabupaten Bandung, dan 412 KK di Kabupaten Sumedang, Pada Rabu 21 Fenruari 2024 pukul 15:30 WIB.

Dengan melihat kejadian angin puting beliung yang terdokumentasikan dengan baik dari berbagai sudut dan posisi, kita dapat melihat bagaimana angin puting beliung dapat berdampak besar, terutama di bagian atas bangunan dan pada objek yang memiliki bidang tekan vertikal, seperti papan reklame dan baligo, serta pohon, atap halte, dan lainnya.

Bahkan, karena tidak selalu ada dokumentasi visual yang lengkap tentang kejadian seperti Rancaekek, sebagian dari kita sempat menanggapi bahwa ini adalah kejadian pertama di Indonesia.

Baca Juga: Bencana Puting Beliung Terjang Rancaekek, Dua Bangunan Sekitar Pabrik Rusak

Angin Puting Beliung Melanda Bandung, BNPB Edukasi Warga Mitigasi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem
Angin Puting Beliung Melanda Bandung, BNPB Edukasi Warga Mitigasi Bencana Akibat Cuaca Ekstrem

Menurut Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), catatan data menunjukkan bahwa jumlah kejadian cuaca ekstrem, seperti puting beliung atau angin kencang, yang dilaporkan BNPB pada tahun 2024, cukup signifikan.

"Pada minggu ke-3 tanggal 22-28 Januari, cuaca ekstrem menjadi bencana yang paling banyak terjadi di Indonesia, melebihi banjir yang biasanya mendominasi di saat musim hujan," ucap Muhari, Jumat (23/2/2024).

"Khusus di Jawa, tidak kurang 14 kab/kota yang terdampak cuaca ekstrem pada minggu tersebut. Kejadian angin puting beliung yang paling signifikan terjadi di Kab. Sleman (26/01) yang menyebabkan 1 korban jiwa MD, dan 71 unit rumah rusak," imbuhnya.

Baca Juga: Ingin Membuat Model Mitigasi Bencana, FITB dan FTTM ITB Kolaborasi Lakukan Penelitian Sumber Gempa di Sumedang

Beberapa karakteristik dampak cuaca ekstrem, seperti angin kencang atau angin puting beliung, harus diketahui, kata Muhari. Pertama, kerusakan struktur rumah. Ini dapat berupa kerusakan struktur utama, yang dapat menyebabkan rumah runtuh, atau kerusakan struktur ringan, seperti atap atau dinding atas.

'Kedua, dampak di luar ruang seperti pohon atau papan reklame yang tumbang yang bisa berdampak pada jalur transportasi (misalnya menghalangi jalan) atau menimpa struktur lain," tuturnya.

Akibat angin kencang atau puting beliung, ada empat jenis kondisi yang dapat terjadi pada bangunan rumah. Pertama, atap rumah "terangkat", dan kemudian "miring", atau rumah miring karena dindingnya tidak dapat menahan gaya tekan angin, yang dapat menyebabkan rumah runtuh, "berputar", atau posisi rumah berubah, dan terakhir, "terbalik", atau rumah terbalik.

Menurut Muhari, upaya pertama untuk mitigasi secara struktural adalah dengan melakukan retrofitting atau memperkuat struktur rumah. Tiang-tiang rumah harus disambungkan dan diikat mulai dari tiang utama dinding hingga fondasi kuda-kuda atap.

Baca Juga: Bencana Hidrometrologi Picu Longsor, Banjir dan Pohon Tumbang di Beberapa Wilayah Kabupaten Garut

"Ini akan mengurangi potensi rumah terdampak salah satu dari empat jenis kerusakan yang mungkin terjadi," ujarnya.

Selanjutnya, kita akan melihat bagaimana atap rumah atau bangunan gudang yang relatif datar terkena dampak yang cukup besar. Atap beranda yang terhubung langsung ke atap rumah utama akan lebih mudah dirusak oleh angin kencang dan puting beliung dibandingkan dengan atap yang dibangun secara struktur terpisah dari atap. Selain itu, angin kencang dan puting beliung memang lebih mudah mengangkat atap yang relatif datar dibandingkan dengan atap yang dibangun secara segitiga.

Memiliki teralis di bagian dalam akan melindungi penghuni rumah jika kaca jendela pecah akibat angin ke dalam rumah karena angin dan puting beliung membawa material yang dapat memecah kaca jendela dengan mudah.

Jika dibandingkan dengan paku biasa, paku dengan kepala pipih lebar—juga dikenal sebagai paku payung—akan membuat bagian atap, terutama bangunan gudang, pabrik, atau rumah warga yang memiliki atap seng, lebih tahan terhadap angin kencang dan puting beliung.


"Mari kita selalu waspada dan siaga, dimulai dari diri dan keluarga kita sendiri. Ketahui wilayah-wilayah yang rawan cuaca ekstrem melalui aplikasi InaRisk dan selalu ikuti perkembangan prakiraan cuaca dari institusi yang berwenang," ajak Muhari.***

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: jabar.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah