Melacak Jejak Perdamaian Dunia: Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka

- 1 Juli 2024, 07:05 WIB
Melacak Jejak Perdamaian Dunia: Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka
Melacak Jejak Perdamaian Dunia: Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka /Dok. bandung.go.id/


MATA BANDUNG - Pada tanggal 18-24 April 1955, Gedung Merdeka di Bandung, Jawa Barat, menjadi saksi penting dalam sejarah diplomasi global. Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang diadakan pada periode tersebut tidak hanya menghadirkan perwakilan dari 29 negara Asia dan Afrika, tetapi juga menandai langkah besar dalam mengakhiri penjajahan dan memperkuat solidaritas di antara bangsa-bangsa yang baru merdeka.


Gagasan untuk mengadakan pertemuan negara-negara Asia-Afrika muncul setelah Konferensi Kolombo pada tahun 1954. Indonesia, yang saat itu baru saja merdeka, memainkan peran utama dalam menyuarakan ide ini. Konferensi Kolombo sendiri menjadi ajang pembahasan awal mengenai isu-isu yang menjadi kepentingan bersama di kawasan Asia dan Afrika.


Dibuka oleh Presiden Soekarno dan dipimpin oleh P.M. Ali Sastroamijoyo, KAA menjadi bukti nyata peran aktif Indonesia dalam menggalang kerja sama antar bangsa Asia dan Afrika. Kota Bandung dipilih sebagai tempat pelaksanaan konferensi tingkat tinggi ini, yang tidak hanya menjadi ajang diplomatik, tetapi juga simbol perjuangan bersama untuk kedaulatan dan perdamaian.

Baca Juga: Jejak Kamera Inen Rusnan: Fotografer Termuda di Balik Konferensi Asia Afrika 1955

Museum Konferensi Asia Afrika di Jalan Asia Afrika, Bandung.
Museum Konferensi Asia Afrika di Jalan Asia Afrika, Bandung. Instagram: @tyaslistyo

Kontribusi Konferensi Asia-Afrika dalam Politik Global


Pada masa Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, KAA muncul sebagai upaya untuk meredakan ketegangan internasional. Prinsip-prinsip yang dihasilkan dari konferensi ini, dikenal sebagai Dasasila Bandung atau The Ten Principles, mencerminkan komitmen untuk memajukan kerja sama internasional, menegakkan kedaulatan nasional, dan mencari solusi atas masalah kolonialisme.


Dari segi politik, KAA memberikan momentum besar dalam mengakhiri era penjajahan di Asia dan Afrika. Solidaritas yang dibangun antar negara-negara yang baru merdeka menguatkan posisi mereka dalam kancah internasional. Indonesia, sebagai tuan rumah dan penggagas utama KAA, berhasil menunjukkan kepemimpinan dalam memfasilitasi dialog yang saling menguntungkan antar bangsa.


Selain isu politik, KAA juga menyoroti pentingnya kerja sama ekonomi antar negara berkembang. Komunike akhir KAA menekankan perlunya bantuan teknis, pertukaran pengetahuan, dan pembentukan lembaga regional untuk memperkuat posisi ekonomi Asia dan Afrika. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara industri maju.

Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung
Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung Pikiran Rakyat

Baca Juga: Gebrakan Baru: Festival Asia Afrika 2024 di Bandung Pasti Lebih Meriah


Konferensi Asia-Afrika tidak hanya menjadi tonggak sejarah dalam diplomasi global, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam struktur hubungan internasional. Indonesia, melalui peran dan inisiatifnya dalam KAA, mengukuhkan diri sebagai negara yang berkomitmen pada perdamaian dunia dan pembangunan yang berkelanjutan.


Sebagai titik balik dalam sejarah Asia dan Afrika, Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung mencatatkan dirinya sebagai sebuah peristiwa monumental. Dengan memfokuskan pada prinsip-prinsip kemerdekaan, kedaulatan, dan perdamaian, KAA tidak hanya menginspirasi gerakan nasionalisme di Asia dan Afrika, tetapi juga memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi upaya menjaga stabilitas global.


Dasasila Bandung yang diusung dalam KAA tetap menjadi panduan moral dalam hubungan internasional. Keberhasilan konferensi ini dalam menghimpun negara-negara baru merdeka menjadi kekuatan kolektif yang tak terbantahkan, memberikan teladan bagi generasi-generasi berikutnya dalam menjaga perdamaian dan memperjuangkan keadilan di dunia yang semakin kompleks ini.


Melalui Konferensi Asia-Afrika 1955, Indonesia bukan hanya berperan sebagai tuan rumah yang hebat, tetapi juga sebagai pemimpin yang berani dan visioner dalam menyatukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik. Dengan memahami sejarah dan nilai-nilai yang diusung oleh KAA, kita bisa mengambil inspirasi untuk terus berjuang demi perdamaian dan kesejahteraan bersama di dunia ini.***

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: bandung.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah