BMKG: Gempa Bawean Guncangannya Berspektrum Luas, Masyarakat agar Selalu Waspada!

- 25 Maret 2024, 07:26 WIB
Masyarakat korban gempa di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur masih tidur di halaman depan rumah karena khawatir guncangan kembali terjadi.
Masyarakat korban gempa di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur masih tidur di halaman depan rumah karena khawatir guncangan kembali terjadi. /Antara

MATA BANDUNG - 12 fakta diungkap oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengenai gempa yang terjadi di Pulau Bawean Kabupaten Gresik Jawa Timur, Jumat 22 Maret 2024, yang berkekuatan magnitudo 5,9 dan 6,5.

Menurut keterangannya Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, fakta pertama dari gempa Bawean adalah gempa tersebut merupakan jenis gempa kerak dangkal.

Fakta kedua, gempa di Bawean bersifat merusak atau destruktif, sehingga menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean, tetapi juga di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.

Fakta ketiga adalah gempa Bawean terjadi dengan guncangan berspektrum luas, sehingga dampak guncangan dirasakan hingga jauh dari pulau tersebut, seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo. Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.

Selanjutnya fakta keempat gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Terkait dengan hal itu, Daryono menjelaskan hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan bahwa gempa Bawean tersebut tidak berpotensi tsunami.

Menurut data lapangan, kata Daryono, hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami.

Berikut, fakta kelima gempa Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah, sehingga masyarakat awam menilai gempa Bawean sebagai “gempa tidak lazim” karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal.

Warga membersihkan puing-puing bangunan rumah yang rusak akibat gempa di Desa Suwari, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Minggu 24 Maret 2024.
Warga membersihkan puing-puing bangunan rumah yang rusak akibat gempa di Desa Suwari, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Minggu 24 Maret 2024. Antara/Rizal Hanafi/Spt/pri.

Dikatakan lebih lanjut oleh Daryono, selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam, akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500–600 km.

Baca juga: Gempa Berkekuatan 6 Magnitudo di Timur Laut 132 Km dari Tuban Terasa Di Jawa Timur dan Jawa Tengah

Fakta yang keenam, gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean.

"Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus," ujanya melanjutkan.

Fakta ketujuh, Episenter Gempa Bawean terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan. Daryono mengatakan jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, tampak episenternya terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut). Gempa Bawean dipicu reaktivasi sesar tua.

"Jalur sesar itu berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa," ujar Daryono.

Selanjutnya, fakta kedelapan adalah gempa Bawean yang pertama berkekuatan magnitudo 5,9. Sedangkan gempa susulannya dengan magnitudo lebih besar, yaitu sebesar 6,5.

"Hal itu bisa terjadi karena asperity atau bidang bakal geser di bidang sesar yang ukurannya lebih besar mengalami pecah belakangan. Salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil. Bidang sesar yang pecah pertama kali adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka," jelas ucapnya.

Baca juga: BNPB Lakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Tanggulangi Bencana di Jawa Tengah

Fakta kesembilan, gempa susulan di Bawean cukup banyak. Hal itu disebabkan oleh karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen.

Dengan demikian, kerak bumi itu mudah rapuh dan patah, tidak seperti gempa kerak samudra yang batuannya bersifat homogen dan elastic, sehingga tidak terlalu banyak gempa susulan, bahkan terkadang tanpa gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar.

Kemudian fakta yang kesepuluh, frekuensi gempa Bawean mulai menurun. Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pukul 10.00 WIB mencatat sebanyak 239 kali gempa, dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang. Jika pada Jumat 22 Maret 2024 dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, data terkini menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2–3 kali gempa.

Berikutnya fakta kesebelas, gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Sebelumnya, hanya terjadi 4 kali gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, yaitu pada 1902, 1939, 1950, dan terkini pada 2024.

Sedangkan fakta yang terakhir,  gempa Bawean memberi pelajaran penting bahwa ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan, yaitu sumber gempa subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur.

Disclaimer: Artikel ini telah tayang di Portal Antara dengan judul ‘BMKG ungkap 12 fakta mengenai gempa Bawean’.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah