Wisata Eksotis Situ Sangiang Majalengka, Penuh dengan Mitos

29 Februari 2024, 15:36 WIB
Situ Sangiang terletak di kampung Sangiang, Desa Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kurang lebih satu jam waktu tempuh dari Bandara Internasional Kertajati. /Youtube.com/@BySANDIWARALINGGABUANA

MATA BANDUNG - Bagi anda yang punya rencana berwisata di sekitar Majalengka, Situ Sangiang cukup recommended untuk jadi pilihan.

Situ Sangiang terletak di kampung Sangiang, Desa Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kurang lebih satu jam waktu tempuh dari Bandara Internasional Kertajati.

Sampai di sekitar Situ Sangiang, ada sebuah mesjid yang punya area parkir cukup luas. Disana bisa shalat dulu atau sekedar cuci muka dengan air pegunungan yang sejuk dan bening.

Lalu berjalan menuju area Situ Sangiang, dikanan kiri pedagang oleh-oleh dan makanan khas Majalengka berjajar seperti layaknya ditempat wisata lainnya.

Yang membedakan Situ Sangiang dengan tempat wisata lainnya, adalah keindahan hutan disekelilingnya yang masih terjaga kelestariannya.

Dari jalan menuju lokasi Situ Sangiang sekitar lima menit ditempuh dengan jalan kaki, suasananya teduh dan asri tertutup rimbunnya daun pepohonan.

Tidak terlalu lama sampai di Situ Sangiang, disambut kicauan burung Rajawali yang sedang terbang rendah mengitari situ atau danau.

Segerombolan monyet berkeliaran ada juga berkeliaran di sekitar danau, tidak ketinggalan anak-anak kecil pedagang yang menawarkan roti untuk memberi makan ikan yang hidup lestari di Situ Sangiang.

Ikan di Situ Sangiung berukuran besar-besar, dan sangat jinak bisa disentuh dan dielus oleh pengunjung.

Mitos Situ Sangiang

Situ Sangiang merupakan danau alami. Menurut legenda, danau atau situ ini diyakini sebagai tempat "ngahiang" (moksa) Sunan Talaga Manggung dan Keratonnya ketika dikhianati menantunya, Patih Palembang Gunung pada abad ke 15. Sejak itu, tempat ini raib dan baru ditemukan kembali pada masa penjajahan Belanda.

Dikisahkan, kawasan Situ Sangiang Majalengka merupakan wilayah Kawedanaan Talaga yang dipimpin Sunan Talaga Manggung.

Sunan Talaga Manggung ini mempunyai dua orang anak. Yang putra sulung bernama Raden Panglurah dan adiknya yang perempuan bernama Ratu Simbar Kencana.

Setelah dewasa, berbeda dengan kakaknya yang memilih bertapa untuk menambah ilmu kanuragan, Ratu Simbar Kencana bertahan di istana dan menikah dengan Palembang Gunung.

Namun ternyata, dalam perjalanannya, Patih Palembang Gunung memendam impian menjadi raja di Talaga Manggung.

Konon, secara diam-diam, Patih Palembang Gunung menghimpun kekuatannya, termasuk orang kepercayaan raja yang bernama Centang Barang. Centang Barang ini mempunyai tombak yang dipercaya dapat mengalahkan raja.

Kemudian dalam sebuah kesempatan, Centang Barang yang merupakan suruhan Palembang Gunung berhasil membunuh Sunan Talaga Manggung. Namun, setelah raja terbunuh, Centang Barang bertingkah aneh. Dia menjadi gila dan menggigit-gigit anggota badannya sendiri hingga akhirnya tewas.

Kabar tersebut segera didengar oleh Patih Palembang Gunung dan bergegas menengoknya.

Singkat cerita Patih Palembang Gunung sampai di lokasi, namun yang mengagetkannya ia tak menemukan keraton beserta isinya.

Konon katanya, yang ada di keraton hanya sebuah situ. Segenap isi keraton termasuk raja, permaisuri, para dayang, prajurit dan abdi dalem berubah wujud menjadi ikan yang hingga kini masih bisa dijumpai di danau yang kini dikenal sebagai Situ Sangiang di Desa Sangiang.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Sumber: PRMN

Tags

Terkini

Terpopuler