MATA BANDUNG - Dunia medis Korea Selatan dilanda kekacauan setelah 13.000 dokter mengancam akan mengundurkan diri karena pemerintah negeri itu memutuskan menambah kuota 2000 kursi bagi mahasiswa kedokteran baru.
Dokter dan tenaga medis lainnya menganggap jumlah dokter saat ini sudah cukup, sehingga penambahan kuota akan mempersulit keadaan di masa depan.
Para pekerja magang dan dokter residen di lima rumah sakit terbesar di Seoul diinfokan Allkpop, telah sepakat untuk mengajukan pengunduran diri pada tanggal 19 Februari dan melakukan mogok kerja mulai pukul 6 pagi hari ini, Selasa (20/2). Protes itu diikuti rumah sakit dan klinik-klinik lainnya di Korea Selatan.
Baca Juga: Kim Joo Yung Didapuk Jadi Artis Korea Tercantik di Jepang
Para pasien sudah mulai merasakan dampak dari pemogokan tersebut. Sepasang suami istri yang sedang mengandung anak kembar menerima berita menyedihkan dari rumah sakit hanya sehari sebelum jadwal operasi caesar mereka di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul. Pembatalan operasi mereka yang tiba-tiba karena tindakan kolektif para dokter telah membuat mereka kebingungan.
Lee (34), yang sedang mempersiapkan kedatangan anak kembarnya, dikejutkan oleh panggilan telepon dari rumah sakit pada 18 Februari yang memberitahukan kepadanya bahwa operasi tidak akan berjalan sesuai rencana karena kekurangan staf. Awalnya diberitahu bahwa hal itu dapat dilakukan, namun dengan potensi masalah pascaperawatan. Mereka kemudian diinstruksikan untuk melakukan operasi di tempat lain karena kasus mendesak menjadi prioritas.
"Kami telah mempersiapkan diri dengan cermat selama berbulan-bulan, namun tiba-tiba diminta untuk pergi ke tempat lain. Risiko yang terlibat dalam operasi caesar ganda sangat besar, dan perubahan mendadak ini membuat kami cemas dan putus asa. Haruskah kami menanggung konsekuensinya?” tutur Lee mengekspresikan rasa putus asanya.
Pengalaman mereka mencerminkan banyak pengalaman lain yang dibagikan di komunitas online, di mana individu menghadapi pembatalan operasi sepihak yang menyebabkan kekacauan dan ketidakpastian.
Meskipun ada peringatan dan perintah pemerintah untuk melanjutkan pekerjaan bagi dokter residen yang mengundurkan diri, penolakan terhadap kebijakan pemerintah tetap ada. Dengan semakin dekatnya tenggat waktu untuk pengunduran diri, kemungkinan terjadinya gangguan lebih lanjut masih tetap tinggi, hal ini menandakan krisis lowongan medis yang semakin mendalam di Korea Selatan.***