Network
MATA BANDUNG - Masjid Lautze tenyata ada dua di Bandung dan di Jakarta. Masjid tersebut sama-sama memiliki gaya arsitektur khas Tionghoa. Mulai dari lampion dan juga ornamen warna merah dan kuning yang menghiasi bagian dalam bangunan masjid, hingga awalnya beberapa orang akan mengira bangunan ini adalah kelenteng.
Lokasi Masjid Lautze satu berlokasi di Bandung dan satu lagi di Jakarta, yang di Bandung terletak di Jalan Tamblong, sedangkan yang di Jakarta terletak di Jalan Lautze No. 88--89 Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Lautze diambil dari nama Lao Tze yang menyebarkan agama Taoisme di negeri Tirai Bambu. Lao Tze mengajarkan bahwa “Tuhan itu adalah satu yang tidak dapat diraba, tidak berbentuk tetapi ada”.
Ajaran tersebut identik dengan ajaran tauhid pada Islam sehingga nama Lautze dianggap cocok untuk mengimplementasikan visi misi yang dijalankan Yayasan Haji Karim Oei sebagai pengelola Masjid Lautze 2 ini.
Masid Lautze 2 di Jalan Tamblong Kota Bandung dibuka pada tahun 1997, dan luasnya hanya sekitar 6x9 meter. Namun sambil berjalan, telah melakukan pelebaran. Sehingga untuk saat ini saja bisa menampung hingga 800 jemaah saat salat Jumat. Demikian kata Ketua DKM Masjid Lautze Bandung, Rahmat Nugraha.
Masjid Lautze 2 merupakan pengembangan dari Masjid Lautze 1 di kawasan Pecinan Jakarta. Masjid Lautze pertama kali didirikan seorang muslim keturunan Tionghoa, Haji Ali Karim tahun 1991 melalui Yayasan Haji Karim Oei (YHKO).
Penyebutan angka satu dan dua di belakang nama Masjid Lautze, disebut-sebut untuk membedakan saja, mana Masjid Lautze yang terletak di Pecinan, Jakarta, mana Masjid Lautze yang ada di Kota Bandung.
Masjid Lautze 2, ujar Rahmat, menjadi tempat bagi saudara-saudara yang hendak menjadi mualaf sebagai tempat mengucap ikrar syahadat.
Rahmat menngungkapkan sejak tujuh tahun ke belakang, telah ada sebanyak 258 mualaf yang kemudian menjadi jemaah Masjid Lautze 2. Latar belakang para mualaf ini pun beragam dan majemuk.
