Pakar Transportasi ITB: BIUTR Tak akan Selesaikan Kemacetan di Bandung, Kita Tak Bisa Terus Akomodasi 'Demand'

25 Maret 2024, 22:54 WIB
Dalam desain perencanaan pembangunan BIUTR Pasteur-Cileunyi akan ada underpass Gasibu sepanjang 550 meter. BIUTR ini juga akan terkoneksi dengan Tol Getaci /DBMP Bandung/


MATA BANDUNG - Pakar Transportasi ITB menyebutkan bahwa pembangunan Tol Dalam Kota Bandung, juga dikenal sebagai Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) tidak akan menyelesaikan kemacetan di Bandung. Pembangunan BIUTR Ini menuai pro dan kontra di berbagai kalangan. 

Pakar transportasi dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB),Dr. Aine Kusumawati, S.T., M.T., memberikan pandangannya mengenai masalah ini.

“Jalan tol (dalam Kota Bandung) itu tidak akan menyelesaikan masalah (kemacetan),” katanya pada hari Kamis, 15 Maret 2024.

Diharapkan infrastruktur ini dapat membangun konektivitas transportasi yang kuat dan mengurangi kemacetan di Kota Bandung. Dr. Aine, bagaimanapun, menyatakan bahwa proyek itu hanya dapat menjadi solusi jangka pendek karena kapasitas jalan penuh dan masalah kemacetan akan hilang dalam beberapa tahun.

Diharapkan infrastruktur tersebut dapat membangun konektivitas transportasi yang kuat dan mengurangi kemacetan di Kota Bandung.

Baca Juga: Pemkot Bandung Siagakan Petugas hingga Rekayasa Lalu Lintas untuk Mencegah Macet Gedebage

ANTREAN kendaraan keluar dari Jalan Layang Pasupati di perempatan Jalan Tamansari-Cikapayang, Kota Bandung, Senin, 7 Januari 2019. Wacana pembangunan BIUTR kembali dihidupkan sebagai solusi pengaturan lalu lintas.*/ARIF HIDAYAH/PR

Dr. Aine, bagaimanapun, mengatakan bahwa proyek itu hanya dapat menjadi solusi jangka pendek karena kapasitas jalan penuh dalam beberapa tahun dan masalah kemacetan akan muncul kembali. Kemungkinan orang menggunakan kendaraan pribadi akan meningkat seiring dengan pembangunan jalan raya.

Dalam hal lalu lintas, jalanan Kota Bandung didominasi oleh kendaraan roda dua. Oleh karena itu, proyek tol yang akan dibangun tidak ditujukan untuk kendaraan roda dua.

Selain itu, mengingat rute yang akan dibangun, tidak semua orang yang memiliki kendaraan roda empat akan menggunakan tol dalam kota karena keterbatasan rutenya.

Ini menunjukkan bahwa infrastruktur itu hanya akan mengatasi sebagian kecil dari masalah utama yang menyebabkan kemacetan di Kota Bandung.

Pembangunan Tol Dalam Kota Bandung pasti akan memiliki dampak yang berbeda pada masyarakat. Proses konstruksi akan menyebabkan kemacetan yang semakin parah di jalan.

Baca Juga: Wargi Bandung, Atasi Kemacetan Pemkot akan Coba Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Pasar Kordon Buahbatu

Tidak ada jaminan bahwa pembangunan jalan tol akan menyelesaikan masalah karena jumlah orang yang berpindah mungkin sangat kecil. Tapi bayangkan jika jalan tol tersebut menghasilkan lalu lintas. Dia mengatakan bahwa orang-orang yang tidak pernah berpikir untuk naik mobil mungkin akhirnya melakukannya.

“Saat jalan tol sudah jadi, bukan berarti dia akan menyelesaikan masalah, karena yang berpindah mungkin tidak banyak. Tapi, bayangkan nanti kalau ada lalu lintas yang di-generated oleh jalan tol tersebut. Orang-orang yang tadinya nggak kepikiran naik mobil mungkin jadi naik mobil,” ujarnya.

Pola pergerakan masyarakat juga akan berubah, kapasitas jalan akan meningkat, dan beban lalu lintas baru akan muncul di wilayah yang dihubungkan oleh tol. Kemacetan akan kembali pada akhirnya.

Baca Juga: Wow! Terminal Leuwipanjang jadi Keren, Jokowi: Gunakan Transportasi Massal Bisa Bantu Kurangi Kemacetan

“Kita tidak bisa terus-menerus menyediakan prasarana untuk mengakomodasi demand yang ada. Demand akan terus meningkat. Kalau demand terus meningkat, berarti kita harus terus membangun jalan baru,” tuturnya.

Dia percaya bahwa angkutan massal adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah kemacetan di Kota Bandung. Namun, membangun sarana angkutan massal mungkin menghadapi kendala terkait biaya dan kondisi jalan saat ini di Kota Bandung.

Karena badan jalan yang kecil, tidak mungkin untuk membangun jalur khusus untuk transportasi umum jenis busway. Selain itu, jalur transportasi umum yang sudah ada, seperti angkot dan Trans Metro Bandung (TMB), dianggap tidak efisien untuk dikembangkan karena jaringan jalan Kota Bandung sudah terlalu padat.

Baca Juga: Pemkot Bandung Serukan Agar Exit Tol KM 149 dan 151 Gedebage Dibuka sebagai Solusi Kemacetan

Akibatnya, diperlukan angkutan umum massal yang memiliki jalur khusus yang ditinggikan (di atas permukaan tanah) dalam bentuk Light Rail Transit (LRT). Jika transportasi umum tersedia dengan baik dan cukup, masyarakat lambat laun akan beralih sepenuhnya ke transportasi umum, dan masalah kemacetan di Kota Bandung akan diselesaikan.

Menurut Dr. Aine, studi kelayakan terbaru (feasibility study) diperlukan jika proyek tol akan dibangun. Studi kelayakan ini akan melihat berapa banyak manfaat yang akan dirasakan masyarakat Kota Bandung dari proyek tol, termasuk trase, jumlah lalu lintas yang menggunakan tol, dan analisis ekonomi mengenai perbandingan biaya investasi dan keuntungan tol.***

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: itb.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler