PALAMylea sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekaligus untuk mengenalkan kekayaan budaya Indonesia. Jam tangan ini pun mampu membawa PALA Nusantara dalam Super Design Show Milan Design Week – Tortona 2019.
Baca juga: Mau ke Pangandaran Sekarang bisa Naik Pesawat Susi Air dari Bandara Husein Sastranegara Bandung
Bran UMKM Jam Tangan Matoa
Selain itu, ada juga namanya Bran Matoa, memproduksi jam tangan juga yang berasal dari limbah pilihan.
Pemilik Matoa Indonesia Lucky Dana Aria merasa terdorong untuk bisa lebih mengoptimalkan limbah kayu yang ada di Indonesia menjadi suatu produk unik dan fungsional. Sudah bisa dipastikan jika jam tangan kayu Matoa merupakan produk ramah lingkungan dan tentunya menghemat sumber daya alam yang ada.
“Di tahun 2010, saya dan Lucky melakukan riset terlebih dahulu terkait produksi Matoa. Selama 1 tahun kita melakukan riset mulai dari pemilihan bahan dasar sampai mencari tahu bagaimana proses pembuatan jam tangan dari bahan kayu,” ujar Yanuar, Markom dan Sales Director Matoa.
Yanuar pun sempat bercerita mengenai asal usul nama Matoa. Nama tersebut terinspirasi dari satu pohon khas Papua yang menghasilkan buah dengan rasa unik yaitu pohon Matoa.
Walaupun bernama Matoa, limbah kayu yang digunakan bukanlah berasal dari pohon Matoa. Ada dua jenis kayu yang digunakan yaitu kayu Eboni (kayu hitam Makassar) dan kayu Maple.
Ingin membawa pesan tentang keberagaman budaya di Indonesia, jenis jam tangan Matoa pun diberi nama pulau-pulau dan suku, diantaranya seperti Sunda, Moyo, Flores, Gili dan Way Kambas.