Ini Peran Penting Aksara Pegon dalam Penyebaran Islam dan Sastra di Indonesia

- 22 Oktober 2022, 08:43 WIB
Peran Penting Aksara Pegon dalam Penyebaran Islam dan Sastra di Indonesia.
Peran Penting Aksara Pegon dalam Penyebaran Islam dan Sastra di Indonesia. /

MATA BANDUNG - Aksara pegon merupakan warisan sejarah Indonesia. Sehingga memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran Islam di Indonesia.

Menurut Menteri Agama, generasi kita saat ini berutang banyak kepada aksara pegon. 

Jika tidak ada aksara pegon, menurut Menag, mungkin generasi saat ini tidak bisa menikmati nikmatnya Islam di Nusantara. 

Baca Juga: Tema Hari Santri 2022, Ini Penjelasan Menteri Agama

“Kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di nusantara kalau tidak ada huruf pegon yang menjadi perantara syiarnya,” kata Menag, di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Karena utang, maka harus dibayar. Yakni dengan menjaga aksara pegon. 

“Hutang ini harus kita bayar dengan menjaganya agar aksara pegon tidak hilang,” sambungnya.

Baca Juga: Sejarah Hari Santri Kenapa Tanggal 22 Oktober, Santri Wajib Tahu

Menag Yaqut mencontohkan Suluk Sunan Bonang yang ditulis dengan aksara pegon. 

Manuskrip itu digunakan untuk melakukan dakwah dan syiar Islam.

Juga Kitab Al-Ibriz yang ditulis dengan aksara pegon oleh KH Bisri Mustofa. Demikian juga dengan Al-Tarjamah Al-Munbalajah yang ditulis oleh KH Sahal Mahfudz dengan aksara pegon.

Baca Juga: Lengkap, Ini Ketentuan Peringatan Hari Santri 2022 Tanggal 22 Oktober dari Kemenag

“Banyak kitab kontemporer yang bermanfaat bagi peradaban keislaman yang ditulis dengan aksara pegon,” jelas Menag.

Menurut Gus Yaqut, sapaan akrab lain Menag, peran penting aksara pegon lainnya adalah menjadi sarana untuk menulis teks sastra. 

"Aksara pegon selain untuk syiar agama, juga digunakan untuk membuat teks sastra,” kata Menag.

Baca Juga: Enam Makna Logo Hari Santri 2022 Tanggal 22 Oktober, Santri sebagai Penjaga Martabat Kemanusiaan

Pegon juga berfungsi untuk surat menyurat. Terutama santri kepada santriwati. Surat-surat raja-raja zaman dulu juga menggunakan aksara pegon sebagai media komunikasi dengan raja yang lain, agar kolonial tidak bisa membaca. 

“Jadi aksara pegon juga menjadi huruf yang sangat taktis yang bisa digunakan untuk mengelabui kolonial agar tidak paham,” tuturnya.

Fungsi yang tidak kalah penting dari aksara pegon adalah penulisan mantra. Ada kitab Mujarobat, kata Menag, yang juga ditulis dengan huruf pegon, berisi doa-doa, baik untuk mahabbah maupun untuk kepentingan yang lain.

Menag menilai aksara pegon perlu dibakukan agar tidak menghilang, sebagaimana ada beberapa aksara daerah yang hilang karena tidak ada yang mencoba untuk melestarikan. 

Editor: Mia Dasmawati

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah