UNPAR Menggeliat! Protes Keras Terhadap Pemilu 2024 yang Ternyata Hanya Melahirkan Dinasti Jokowi

5 Maret 2024, 20:46 WIB
Kritik Keras dari Mahasiswa UNPAR Saat Menggelar Demonstrasi! Pemilu 2024 Hanya Melahirkan Dinasti Jokowi /

MATA BANDUNG -Sekelompok mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) yang menamakan dirinya ALIANSI PARAHYANGAN BERGERAK (ARAK), melakukan aksi orasi dan bakar ban di depan kampus Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Jl. Ciumbuleuit No.94 Bandung pada hari Selasa 5 Maret 2024 pukul 15.00 WIB.

Mereka menyerukan Seruan Untuk Bergerak kepada mahasiswa Unpar dan segenap Civitas Akademika untuk menyikapi kondisi politik dan demokrasi pasca pemilu 2024. Berbagai kalangan civitas akademika khususnya Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) dan kalangan masyarakat sipil yang resah,karena bagi mereka pemilu 2024 tak membawa apa-apa selain kehancuran nilai-nilai demokrasi dan pembangkangan terhadap moral dan etik yang mereka simpulkan sebagai bentuk pengkhianatan rezim kepada rakyat.

Massa aksi bergantian melakukan orasi perihal kondisi demokrasi dan politik di negara ini, di dalam aksinya juga beberapa mahsiswa unpar ini saat aksinya juga membawakan poster dengan tulisan “adili jenderal pelanggar HAM”.

Aksi tersebut berlangsung mampu menarik atensi banyak mahasiswa, terlihat hampir ratusan mahasiswa berdiri di sekitaran massa aksi dan mereka menyambut sorak sorai dan bertepuk tangan setiap kali orator mengucapkan “hidup mahasiswa” dan “hidup rakyat indonesia”.

Baca Juga: Sinopsis Tertawan Hati 5 Maret 2024 Soraya Kembali Lagi, Siapa Yang Dipilih Mario?

Selama berlangsungnya aksi juga terlihat banyak aparat keamanan kampus yang coba menghalangi dan melarang aksi tersebut dan menanyakan tujuan massa aksi melakukan aksi di depan kawasan kampus universitas katolik parahyangan. Mereka beberapa kali bertanya perihal izin dan siapa massa aksi. Selanjutnya pasca selesainya aksi salah satu demonstran difotoi dan diambil gambar wajahnya oleh seorang pria yang belum diketahui identitasnya.

Dalam aksinya juga beberapa mahasiswa UNPAR ini membagikan selebaran kepada beberapa mahasiswa dan warga yang menyaksikan, terkait kondisi politik dan demokrasi hari-hari ini dan disertai ajakan untuk bergerak menyerukan kepada mahsiswa Unpar untuk lebih peduli dengan isu sosial dan penindasan yang dialami oleh masyarakat, selanjutnya orator juga meminta kepada teman” mahasiswanya untuk tidak berwatak elitis yang jauh dari penderitaan rakyat

Baca Juga: Bey Machmudin Ucapkan Belasungkawa atas Berpulangnya Solihin GP

Menurut Koordinator Lapangan Aksi Mahasiswa, Luhut, saat ditemui media, mengatakan “Kontestasi politik 2024 tidak layak lagi dikatakan sebagai pesta rakyat, pemilu 2024 hanyalah pesta Presiden Jokowi serta oligarki yang ada di belakangnya. mereks menilai pemilu 2024 kemarin hanyalah sebagai ajang untuk mempertahankan dinasti kekuasan Jokowi disusul dengan kepentingan-kepentingan bisnis Jokowi dan koleganya.

Hal ini ditunjukkan pula secara culas dan tanpa rasa malu melalui pembangkangan konstitusi yang mengakibatkan anak dari Presiden Jokowi yaitu Gibran Rakabuming Raka dapat maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto hingga membuat Ketua MK pada saat itu Anwar Usman yang juga paman dari Gibran diputuskan melanggar kode etik dan perilaku hakim konstitusi melalui putusan MKMK Nomor 02/MKMK/L/11/2023 dan diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua MK”.

Lebih lanjut dalam pernyataan tersebut, penyalahgunaan kekuasaan tidak berhenti disini disusul pula publik semakin diragukan dengan kenetralan Presiden Joko Widodo yang pada masa pemilu kemarin dinilai berpihak kepada paslon 02 yang dipertegas dengan cawe-cawenya Jokowi dengan mengerahkan Aparatur Sipil Negara di berbagai daerah oleh Jokowi untuk menyukseskan kemenangan paslon 02 yaitu Prabowo-Gibran.

Kemudian dinodai pula dengan Menteri-menteri jokowi yang berkampanye tanpa melakukan cuti sebagai pejabat publik terlebih dahulu yang melanggar undang-undang, Pasal 281 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), yang mengharuskan pejabat publik cuti di luar tanggungan dan tak memakai fasilitas negara saat kampanye.

Tidak berhenti disitu pengkhianatan terhadap demokrasi ini juga dipertegas melalui Ketua KPU RI dan 6 anggotanya yang diputuskan bersalah oleh DKPP karena melanggar kode etik dalam menerima pendaftaran gibran rakabuming raka sebagai calon wakil presiden tanpa mengubah syarat usia minimum cawapres terlebih dahulu dalam putusan perkara 135-PKE-DKPP/XII/2023, 136-PKE-DKPP/XII/2023, 137-PKE-DKPP/XII/2023, 141-PKE-DKPP/XII/2023. Masih banyak lagi kecurangan-kecurangan dalam pesta demokrasi ini yang dilakukan secara terstruktur,sistematis dan masif.

Baca Juga: Sisihkan Ribuan Pendaftar, 360 Peserta Ikuti Gadepreneur 2024 PT Pegadaian Kanwil X Jabar

Serangkaian pengkhianatan rakyat ini kemudian menghasilkan sementara presiden terpilih yaitu prabowo subianto. Prabowo Subianto yang merupakan jenderal yang telah dipecat 26 tahun yang lalu dari kesatuan TNI karena terbukti telah melakukan pelanggaran, kekerasan dan keterlibatannya dalam penculikan aktivis pro demokrasi saat era orde baru.

Hal ini tentu merupakan bentuk menelanjangi hak kebebasan berekspresi dan berpendapat yang merupakan nilai-nilai fundamental dalam negara demokrasi melalui tangan berdarah Prabowo Subianto, selanjutnya menurut mereka, menjadi dirundung keresahan sebagai generasi yang akan menjadi tonggak kemajuan negara dimasa yang akan datang, apa yang diharapkan dari presiden yang mempecundangi hak asasi manusia? Apa yang bisa diharapkan dari presiden yang tidak menghormati demokrasi serta nilai-nilainya. Jokowi tak ubah seperti Prabowo. Jokowi dan Prabowo tak ubah seperti rezim orde baru Soeharto.

Jika di era sebelum reformasi katanya kebebasan berdemokrasi itu tidak ada kami justru hari-hari ini merasakan hal yang sama bahkan lebih buruk lagi di era reformasi terkhusus di era kepemimpinan Jokowi, cita-cita reformasi yang ingin memenggal kepala orde baru nyata-nyatanya sudah gagal, reformasi telah dibajak oleh rezim hari-hari ini badan-badannya masih berjalan secara leluasa melalui bentuk pembungkaman-pembungkaman ruang bebas berekspresi, penggusuran terhadap tanah-tanah rakyat, pendidikan yang dimonopoli serta masih terpeliharanya KKN di era reformasi sekarang.

Aksi mahasiswa mengajak semua kalangan tidak tinggal diam, sudah saatnya civitas akademik tidak mendiamkan penghianatan-penghianatan ini. Mereka meyerukan kepada seluruh rekan-rekan di seluruh nusantara untuk bergerak bersama serta memobilisasi kekuatan rakyat sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim fasis hari ini. Dimulai dari lingkaran-lingkaran terkecil dan gerakan-gerakan kecil melalui penyadaran kolektif. Rekan-rekan mahasiswa terkhususnya mengajak untuk bergerak turun ke masyarakat, terlibat dalam setiap gerakan rakyat sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi, sudahi bersembunyi di gedung-gedung elit itu senandung perlawanan rakyat menunggu kehadiran kita.

Aksi yang mengundang perhatian masyarakat pengguna jalan ini, banyak masyarakat melambatkan kendaraannya dan memberikan tanda semangat kepada mahasiswa Unpar yang melakukan aksi yang selama ini dikenal kampus adem-ayem di Bandung. Aksi mahasiswa yang berlangsung selama 60 menitini ditutup dengan membagi-bagikan selebaran kepada massa yang berkumpul mengikuti jalannya aksi.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Tags

Terkini

Terpopuler