Kurs Rupiah Melemah pada posisi Rp15.798,10 per dollar AS, Gubernur BI Ada Bilang Ada Pengaruh Pemberitaan

12 Februari 2024, 14:36 WIB
Ilustrasi - Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor bank BUMN. /ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/pri.

MATA BANDUNG - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai pemberitaan jadi salah satu faktor yang berdampak terhadap pelemahan nilai tukar rupiah saat ini. Faktor pemberitaan turut berkontribusi selain faktor permintaan dan penawaran (supply & demand).

“Perkembangan harga apapun baik, inflasi ataupun nilai tukar, selalu dipengaruhi dua faktor utama, yaitu satu faktor fundamental itu supply demand, kedua adalah berita," kata Perry dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Selasa.

Saat ini nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.798,10 per dollar AS. Menurut Perry pelemahan tersebut hanya bersifat sementara atau dalam jangka pendek.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jabar Tumbuh 5 Persen pada tahun 2023, Peringkat Kedua Tertinggi di Pulau Jawa

Gubernur BI, Perry Warjiyo Instagram/ @bank_indonesia
Lebih lanjut, Perry merincikan adanya prediksi pasar bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan pada semester I 2024.

Namun mengacu pada situasi seperti inflasi inti AS yang masih belum turun di bawah sasaran, menurut Perry keyakinan pasar turut berpengaruh.

"Ternyata data-data terakhir, kayaknya Federal Open Market Commite (FOMC) sabar untuk tidak buru-buru menurunkan FFR (Feds Fund Rate) karena ekonomi masih tumbuh bagus dan inflasi inti juga belum turun di bawah sasaran," ujarnya.

Kemudian, kabar lain yang turut mempengaruhi nilai rupiah yakni terkait eskalasi geopolitik global tak kunjung mereda.

Bahkan konflik geopolitik yang tadinya hanya terjadi di wilayah Timur Tengah, meluas hingga Laut China Selatan. Konflik geopolitik tersebut berdampak terhadap gangguan rantai pasok global.

Kebijakan regulator Tiongkok dalam menghentikan peminjaman saham tertentu juga turut menjadi katalisator.

Baca Juga: Pj Walkot Bandung: Jadikan UMKM Sebagai Indonesian Next Top Seller, Dukung Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Namun Perry menegaskan bukan hanya rupiah yang mengalami pelemahan tetapi nilai tukar di negara-negara berkembang lainnya juga mencatat pelemahan.

Padahal, menurutnya, nilai tukar rupiah seharusnya mengalami penguatan sejalan dengan fundamental Indonesia yang tetap kuat.

Lebih lanjut, Perry menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah masih kuat secara fundamental dengan didukung oleh surplus neraca perdagangan, tingkat inflasi yang rendah, serta imbal hasil SBN yang tinggi.

"Karena ini faktor-faktor jangka pendek ya kami intervensi. Tugasnya BI ya begitu, kalau tekanan lagi tinggi ya kami stabilkan supaya pergerakan stabil dan kita giring untuk lebih menguat sesuai fundamental," katanya.***

 

 

 

Editor: Arief TE

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler