MATA BANDUNG - Islamophobia (ketakutan/anti Islam) kembali makan korban di Amerika. Wadea al-Fayoume, seorang bocah Amerika keturunan Palestina yang baru saja beberapa pekan lalu merayakan ulang tahun ke-6 harus meregang nyawa Sabtu pagi, 13 Oktober 2023, waktu Plainfiled, Illinois, Amerika Serikat (Minggu pagi, 14 Oktober WIB).
Wadea tewas akibat terluka parah dari 26 tusukan pisau ala militer sepanjang 31 cm yang dilakukan oleh seorang kakek berusia 71 tahun, bernama Joseph Czuba. Menurut pernyataan resmi kepolisian Will County Joseph melukannya karena didorong oleh kebencian terhadap kaum muslim akibat konflik Palestina - Israel baru-baru ini.
Polisi juga menyatakan dalam kejadian itu, Ibu Wadea, Hanaan Shahin, 32 tahun, turut terluka akibat 12 tusukan dan saat ini masih dirawat di rumah sakit setempat. Polisi dalam pernyataannya menyebutkan kejadian ini sebagai 'tanpa perasaan' dan 'pengecut'.
Sempat Melawan
"Wanita itu juga mengatakan bahwa ia berusaha melawan penyerang (Czuba) hingga masuk ke kamar mandi," tulis pernyataan itu. Ketika polisi tiba Hanaan dan anaknya dalam kondisi terluka parah dan langsung dibawa ke rumah sakit, namun nyawa Wadea tak tertolong lagi.
Czuba pun ditemukan ditemukan di sebuah lapangan sedang terduduk tak jauh dari tempat kejadian dekat jalanan komplek perumahan. Tidak dijelaskan apakah terjadi perlawanan pada saat polisi menangkap terduga pelaku.
Dalam pernyataan itu polisi mengatakan, "Para penyidik kami sedang memastikan bahwa kedua korban diserang secara brutal oleh terduga pelaku karena sudah ditargetkan hanya karena para korban adalah muslim yang dihubungkan dengan konflik Timur Tengah yang melibatkan Hamas dan Israel."
Sementara itu, sebuah badan hubungan Islam-Amerika bernama CAIR (Council on American-Islam Relations) cabang Chicago menyatakan dengan tegas bahwa motif Czuba adalah karena kebenciannya pada muslim. Direktur Eksekutif CAIR, Ahmed Rehab, mengatakan bahwa Wadea adalah anak yang amat baik, gemar basket dan sepak bola serta sangat sayang keluaganya.
"Baru beberapa pekan lalu ia merayakan ulang tahun ke-6 bersama keluarganya," ujar Ahmed sambil menunjukkan foto Wadaa dengan kostum topi ulangtahunnya seperti yang tertera di akun X (Twitter) CAIR.
Ahmed juga mengutip penuturan mantan suami Hanaan bahwa ibu Wadea ini kelahiran Tepi Barat, Palestina dan hijrah ke Amerika 12 tahun lalu, tapi Wadea lahir di Amerika.
"Wadea harus membayar harga mahal dari atmosfir kebencian dan dehumanisasi yang sejujurnya saya pikir masih terjadi di Amerika ini yang merupakan hasil dari kepemimpinan yang tidak bertanggungjawab, pernyataan sepihak yang liputan tak berimbang yang kita lihat di media dan pejabat-pejabat pemerintah."
Ahmed mengingatkan agar tragedi Wadea ini tidak memicu kesalahan seperti yang pernah terjadi menyusul tragedi 9/11 pada 2001 di New York. "Dulu setelah kejadian 9/11 itu tak sedikit anggota komunitas muslim yang tak bersalah menjadi korban."
Presiden Amerika Jo Biden sendiri sudah mengeluarkan pernyataan resminya dengan mengatakan bahwa ia 'muak' dengan tragedi yang menimpa Wadea dan ibunya ini yang merupakan warga Amerika keturunan Palestina.
"Tindakan tidak beradab berdasarkan kebencian ini tidak punya tempat di Amerika dan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip bangsa; bebas dari ketakutan cara kita beribadah, apa yang kita yakini dan siapa kita," kata Biden dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih tak lama setelah tragedi terjadi.***