Penjajah Israel Batalkan Serangan Besar-besaran ke Rafah setelah Jumpa Penasehat Keamanan AS

- 23 Mei 2024, 16:00 WIB
Presiden AS Joe Biden saat berjumpa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Presiden AS Joe Biden saat berjumpa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu /REUTERS/EVELYN HOCKSTEIN

MATA BANDUNG - Penjajah Israel makin tersudut dengan berbagai reaksi masyarakat internasional atas ulahnya yang tak berperikemanusiaan di Palestina, khususnya Gaza. Baru-baru ini ada dugaan negara Zionis itu membatalkan rencananya melakukan serangan besar-besaran ke Rafah di Jalur Gaza setelah melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat. Hal ini terungkap dari laporan yang ditulis oleh harian Inggris, The Telegraph.

Laporan itu mengutip seorang pejabat senior AS, yang pada Rabu (22/5) mengatakan Israel telah mempertimbangkan kekhawatiran AS, yang sudah berminggu-minggu memperingatkan mereka agar tidak melakukan operasi besar-besaran di Rafah. 

"Bisa dikatakan bahwa Israel telah memperbarui rencana mereka. Mereka telah memikirkan banyak kekhawatiran yang telah kami sampaikan.. Ini adalah diskusi dan percakapan yang sedang berlangsung. Ini konstruktif," kata sang pejabat. 

Baca Juga: Alhamduilillah! Spanyol dan Beberapa Negara Sedang Berkoordinasi untuk Segera Akui Negara Palestina

Jumpa Jake Sullivan

Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan
Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan

Ia merujuk pernyataan itu pada pertemuan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih -- kantor presiden AS-- Jake Sullivan di Yerusalem pekan lalu.

Sullivan minggu lalu berkunjung ke Arab Saudi dan Israel. Selama lawatannya itu, ia melakukan pertemuan dengan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Saudi Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud dan pimpinan Israel.

Sebelumnya pada Mei, Departemen Pertahanan AS memastikan laporan media bahwa pemerintah Biden menangguhkan pengiriman bom seberat 1.800 - 2.000 pon dan bom seberat 500 - 1.700 pon ke Israel,

Baca Juga: Alhamdulillah, Barbados Resmi Akui Palestina sebagai Negara, Menlu Kerry: Kami Bersalah dan Ingin Memperbaiki

Operasi militer terbatas

Ilustrasi Perwira AD yang diduga mengundurkan diri bukti atas protes Israel.
Ilustrasi Perwira AD yang diduga mengundurkan diri bukti atas protes Israel.

Penangguhan itu dilakukan setelah Israel diduga memulai operasi militer terbatas di Rafah sambil mengumumkan rencananya untuk melanjutkan operasi darat besar-besaran di wilayah itu.

Pada awal Mei, Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan CNN mengatakan bahwa Washington tidak akan memasok senjata ke Israel jika militer negara Yahudi itu menyerang Rafah.

Pada 7 Mei dini hari, angkatan bersenjata Israel melancarkan serangan yang disebutnya sebagai "operasi melawan teroris" di Rafah timur dan menguasai sisi Gaza pada perlintasan perbatasan dengan Mesir.

Belakangan pada pekan itu, media Israel melaporkan bahwa kabinet militer Israel telah menyetujui perluasan operasi darat. Pihak berwenang Israel mengatakan operasi itu bertujuan untuk melenyapkan sisa batalion gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza.***

Editor: Arief TE

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah