Pandangan Iklim 2024, BMKG: Mudah-mudahan Tahun 2024 Kondisi Cuaca Indonesia Netral

- 1 Januari 2024, 23:09 WIB
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati menerangkan bahwa suhu udara permukaan di Indonesia diproyeksikan akan terus naik hingga 1,3 derajat Celcius sebagai akibat dari perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati menerangkan bahwa suhu udara permukaan di Indonesia diproyeksikan akan terus naik hingga 1,3 derajat Celcius sebagai akibat dari perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca. /Lampung Insider - Pikiran Rakyat/

MATA BANDUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) baru saja mengeluarkan "Weather Outlook 2024" atau "Pandangan Cuaca 2024" yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan semua pihak sebagai salah satu pedoman untuk perencanaan dan kegiatan pembangunan pada sektor yang terkait atau terdampak oleh fenomena cuaca.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024, gangguan cuaca dari Samudra Pasifik yaitu El Nino-Southern Oscillation (ENSO) diperkirakan akan berada pada fase El Nino Lemah - Moderat di awal tahun 2024 kemudian selanjutnya hingga akhir tahun 2024 diperkirakan berada pada fase netral.

Ada peluang namun kecil untuk berkembang menjadi fenomena La Nina yang merupakan pemicu anomali cuaca basah. Demikian juga dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang merupakan penyebab gangguan cuaca dari Samudra Hindia, diperkirakan akan berada pada fase Netral dari awal hingga akhir tahun 2024.

Baca Juga: Jepang Diguncang Gempa Dahsyat 7,4 M, Pemerintah Keluarkan Peringatan Tsunami

Berdasarkan dinamika atmosfer tersebut, lanjut Dwikorita, jumlah curah hujan tahunan pada 2024 diperkirakan umumnya berkisar pada kondisi normal. Namun, ada beberapa wilayah yang diperkirakan dapat mengalami hujan tahunan di atas normal, mencakup sebagian kecil Aceh, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Riau.

Kemudian, sebagian kecil Kalimantan Selatan, sebagian kecil Gorontalo, sebagian kecil Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat bagian utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Papua Barat, dan Papua bagian utara.

Selain itu, tambah Dwikorita, ada juga daerah yang diperkirakan akan mengalami hujan tahunan di bawah normal, mencakup sebagian Banten, sebagian kecil Jawa Barat, sebagian kecil Jawa Tengah, sebagian Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, dan Papua bagian selatan.


"Meskipun kemarau 2024 diprediksi berlangsung dengan normal, namun terdapat wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan karena secara iklim memang memiliki curah hujan yang rendah, yaitu meliputi sebagian Lampung, sebagian Jawa, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur dan Papua bagian selatan," paparnya.

Baca Juga: Kecewa Terhadap Kebijakan AS Terhadap Israel dan Palestina, Muslim Amerika Gencarkan Kampanye AbandonBiden

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan dalam pandangan cuaca tersebut BMKG juga menyertakan sejumlah rekomendasi umum untuk sektor-sektor terkait atau terdampak oleh fenomena cuaca tersebut.

Diantaranya yaitu melakukan langkah antisipatif terhadap potensi jumlah curah hujan tahunan 2023 yang melebihi rata-ratanya atau melebihi batas normalnya, yang dapat memicu bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. 

Serta potensi curah hujan di bawah normal yang dapat memicu kekeringan dan dampak lanjutannya berupa kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau 2024.

Baca Juga: 248 Rumah Rusak dan 456 Warga Harus Mengungsi Akibat Gempa Sumedang di Penghujung 2023 dan Awal 2024

Selanjutnya, tutur Ardhasena, meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan, dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.

Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.

"Terkait penanganan musim kemarau, meskipun kemarau 2024 diprediksi tidak sekering kemarau 2023, maka tetap perlu diwaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan di tahun 2024 khususnya pada periode kemarau pertama di bulan Februari 2024 untuk wilayah pesisir Sumatera bagian Timur, maupun periode kemarau periode kedua mulai Mei 2024 untuk wilayah lainnya yang rawan Karhutla," pungkasnya.***

Editor: Mia Nurmiarani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah