Network
MATA BANDUNG – Untuk kamu yang terbiasa berkecimpung di dunia saham pasti sudah tidak asing dengan istilah ‘Wait and See’ yang sering dilakukan oleh para investor.
Dimana Wait & See merupakan saat dimana investor hanya melihat dan mengamati secara teknikal ataupun fundamental tanpa membeli sedikit pun saham yang diinginkan hal ini bertujuan supaya bisa memprediksi pergerakan harga saham.
Bagi para pengamat pasar modal hal ini sangat penting, apalagi mereka yang sudah ahli dalam hal analisa teknikal, karena mengamati sangat berhubungan dengan berapa persen keuntungan yang bisa di dapatkan dan berapa persen kerugian yang mungkin saja bisa terjadi.
Baca Juga: Ditangkap! Pelaku Perundungan Bocah SMP Diamankan Polresta Cilacap : 4 Kali Pindah Sekolah Dan Kabur
Dan ternyata persiapan dan penyelenggaran pemilu juga merupakan salah satu pemicu terjadinya pergerakan saham. Hal ini dikarenakan gelaran demokrasi yang akan terjadi di tahun 2024 mendatang tentu akan mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.
Pemerintah sendiri menggelontorkan anggaran pemilu senilai Rp 70,6 triliun secara multiyear (mulai dari 2022-2024).
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengungkapkan dampak pemilu terhadap kinerja perekonomian Indonesia sangat bervariasi. Pada tahun 2019, dampak pemilu cenderung dipengaruhi oleh perang dagang global yang berkecamuk.
Baca Juga: Tetap Body Goals Walau Sambil Rebahan : Kaum Rebahan Wajib Intip
"Kalau kita melihat pemilu sebelumnya 2004 dan 2009 ini dari sisi kondisi IHSG misalkan dan juga dari sisi rupiahnya cenderung mengalami pelemahan sesaat," kata Josua dalam Media Gathering Kementerian Keuangan di Puncak Bogor, Senin (25/9).
Di sisi lain, jika melihat indikator makro, Josua mengatakan bahwa ada dua faktor yang mendominasi pemilu.
