MATA BANDUNG - Penipulan lewat arisan bodong belakangan makin marak seiring kemajuan teknologi sehingga penipu leluasa melakukan lewat berbagai cara di dunia maya/daring (online). Biasanya iming-iming kemudahan dan cepat kaya berhasil memperdaya para calon korban.
Pelaku penipuan ini pun berasal dari bermacam latar belakang kehidupan dan pendidikan. Mulai dari penjual frozen food sampai mahasiswa pun berani untuk melakukannya.
Pengamat ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bhimo Rizky Samudro menyebut beberapa orang masih meminati arisan online karena membutuhkan dana instan. Walaupun risiko arisan online dengan nilai besar bakal berujung penipuan.
Baca Juga: Waspada! Love Scamming Merajalela, Penipuan Berkedok Cinta
Waspadai iming-iming
1. Menjanjikan keuntungan tinggi
Pelaku penipuan arisan online biasanya menjanjikan keuntungan tinggi dalam waktu singkat untuk menjerat korbannya. Pasalnya, dengan iming-iming tersebut akan membuat orang lebih mudah tertarik untuk mengikutinya. Selain itu, para pelaku juga kerap menjanjikan skema arisan online yang dijajakannya minim risiko. Seolah-olah arisan tersebut sangat menjanjikan dan keuntungan hampir pasti didapatkan.
2. Menggunakan skema Ponzi
Skema ponzi adalah memberikan keuntungan bagi anggota yang lebih dulu bergabung, di mana keuntungan tersebut diperoleh dari anggota yang bergabung setelahnya.
3. Legalitas yang tidak jelas
Arisan bodong tidak berada di bawah naungan lembaga resmi, meski mengelola dana ratusan juta hingga miliaran rupiah.
4. Promosi besar-besaran
Untuk menarik calon anggota, pelaku arisan bodong akan menggunakan promosi mewah dan besar-besaran seperti mengiming-imingi perhiasan, motor, hingga mobil.
Baca Juga: 4 Langkah Penting Agar Uang Bisa Kembali saat Mengalami Penipuan Online Shop