Ahli Ekologi ITB: Sampaikan Sebab Turunnya Monyet ke Permukiman Warga, Cek Ulasannya di Sini!

- 9 Maret 2024, 11:57 WIB
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) /itb.ac.id/Wikimedia Commons/Lisensi Creative Commons

Menurutnya diperkirakan habitat asli monyet ekor panjang rusak karena faktor cuaca. Intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini menjadi kemungkinan menjadi penyebab utama air sungai meluap dan merusak habitat mereka.

Alumnus Biologi ITB itu juga mengatakan, bahwa kebiasaan hidupnya yang dapat berdampingan dengan manusia, termasuk dalam hal makanan, membuat satwa liar ini mempertahankan hidup dengan cara berpindah dan bertahan hidup di permukiman.

Alih fungsi hutan yang banyak dilakukan di Indonesia juga membuat berkurangnya lahan habitat monyet ekor panjang. Ketika monyet mengetahui habitat asli mereka telah rusak, dengan cepat mereka menemukan habitat lain yang sejenis.

“Namun, kurangnya jumlah kawasan hutan di Indonesia membuat monyet ekor panjang berpindah ke pemukiman manusia,” tuturnya.

Habitat monyet ekor panjang yang rusak dapat berdampak pada kelangkaan satwa liar ini. Agung menjelaskan bahwa setiap makhluk hidup, saling hidup berdampingan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Apabila terjadi kerusakan pada ekosistem, maka rantai ekosistem juga turut rusak dan berdampak pada langka bahkan punahnya makhluk hidup apabila tidak dapat bertahan hidup di ekosistem baru.

Kelangkaan monyet ekor panjang di alam juga dapat disebabkan oleh aktivitas perburuan liar. Beliau mengungkapkan bahwa manusia cenderung berburu induk satwa liar untuk diambil anaknya.  Biasanya anak satwa liar dijual secara illegal. Fenomena yang sering dijumpai di Indonesia yakni pertunjukan topeng monyet.

Munculnya monyet ekor panjang di permukiman manusia, kata Agung, semakin meningkatkan peluang perburuan liar. Hal ini akan berdampak pada penurunan jumlah populasi hewan tersebut atau kelangkaan dalam jangka pendek.

Agung mengimbau untuk melakukan aktivitas konservasi pada spesies yang melimpah untuk mencegah spesies tersebut hampir punah dan menciptakan dukungan ekosistem yang optimal. Selain itu, upaya revitalisasi habitat perlu segera dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

“Jaga habitat, jangan diburu,” ucapnya berpesan.***

Halaman:

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Sumber: itb.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah