Smelter Tembaga Freeport di Gresik: Menguatkan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

- 1 Juli 2024, 11:05 WIB
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (tengah) menjawab pertanyaan wartawan saat meninjau pembangunan proyek Smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/5/2024). Tony Wenas mengatakan mesin dan fasilitas pendukung Smelter siap untuk beroperasi pada minggu pertama bulan Juni 2024. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/aww.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (tengah) menjawab pertanyaan wartawan saat meninjau pembangunan proyek Smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/5/2024). Tony Wenas mengatakan mesin dan fasilitas pendukung Smelter siap untuk beroperasi pada minggu pertama bulan Juni 2024. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/aww. /Rizal Hanafi/

Baca Juga: Freeport Perdana Kirim Konsentrat Tembaga ke Gresik, Langkah Besar Menuju Hilirisasi Nasional

Pekerja PT Freeport Indonesia (PTFI) di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC). Pada 2023 PTFI berhasil memproduksi tembaga 1,65 miliar pound serta 1,97 juta ounces emas.
Pekerja PT Freeport Indonesia (PTFI) di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC). Pada 2023 PTFI berhasil memproduksi tembaga 1,65 miliar pound serta 1,97 juta ounces emas.

Dampak pada Ekosistem Baterai EV


Keberadaan smelter tembaga ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen tembaga global, tetapi juga mendukung pengembangan industri baterai EV di dalam negeri. Dengan pasokan tembaga yang stabil dan berkualitas tinggi, Indonesia dapat lebih mudah mengembangkan rantai pasok baterai EV yang komprehensif, mulai dari bahan baku hingga produk jadi.

Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya pengembangan ekosistem baterai EV yang lengkap di Indonesia. "Mobil listrik membutuhkan tembaga. Jadi kalau ekosistemnya sudah masuk maka kita menjadi salah satu negara yang punya komponen bahan baku baterai listrik yang komplit," jelasnya.


Selain manfaat ekonomi, keberadaan smelter tembaga juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Dengan mengolah tembaga di dalam negeri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi bahan baku. Selain itu, produk hilirisasi seperti copper foil dapat digunakan dalam berbagai aplikasi industri lainnya, memperluas pasar dan menciptakan lapangan kerja baru.

 

Baca Juga: Penambahan Saham Freeport, Bahlil Sebut Sudah Dekati Kesepakatan Hingga 98 Persen
Namun, pembangunan dan operasional smelter tembaga tidak lepas dari tantangan. Proses pemanasan dan peleburan memerlukan teknologi canggih dan manajemen yang ketat untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan operasional. Pemerintah dan PTFI perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan smelter dapat beroperasi sesuai rencana.

Tony Wenas menyatakan, "Kami berharap smelter tembaga terbaru milik PTFI tersebut bisa mulai beroperasi pada Agustus. Hal itu dikarenakan pihaknya memerlukan waktu 6-7 minggu untuk melakukan pemanasan smelter, sebelum masuk fase peleburan."


Pembangunan smelter tembaga PTFI di Gresik merupakan langkah besar dalam upaya Indonesia untuk memperkuat ekosistem baterai kendaraan listrik. Dengan hilirisasi tembaga yang efektif, Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya alamnya secara maksimal, meningkatkan nilai tambah, dan mendukung perkembangan industri kendaraan listrik yang ramah lingkungan.

Keberhasilan proyek ini akan menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam pasar baterai EV global, dengan kemampuan untuk memproduksi komponen penting yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik. Dengan dukungan pemerintah dan kerjasama industri, masa depan kendaraan listrik di Indonesia tampak semakin cerah dan menjanjikan.***

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah