MATA BANDUNG - Indonesia tengah berada di tengah-tengah revolusi kendaraan listrik (electric vehicle/EV), dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperkuat ekosistem baterai yang mendukungnya. Salah satu perkembangan terbaru dan paling signifikan adalah pembangunan smelter tembaga oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa smelter ini akan memainkan peran kunci dalam pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia. "Mobil listrik membutuhkan tembaga. Jadi kalau ekosistemnya sudah masuk maka kita menjadi salah satu negara yang punya komponen bahan baku baterai listrik yang komplit," ujar Bahlil.
Smelter tembaga milik PTFI ini merupakan langkah strategis dalam proses hilirisasi tembaga di Indonesia. Hilirisasi merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dengan mengolah bahan mentah menjadi produk jadi atau setengah jadi di dalam negeri. Salah satu produk hilirisasi tembaga yang sangat penting untuk ekosistem EV adalah copper foil, yang digunakan sebagai bahan baku pembungkus baterai kendaraan listrik.
Bahlil menjelaskan, "Kami berpikir bahwa hilirisasi copper (tembaga) ini adalah bagian dari instrumen untuk bahan-bahan baku untuk baterai. Copper foil itu kan untuk membungkus baterai."
![Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (ketiga kiri) bersama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (kedua kiri), Plt Dirjen Minerba Letjen TNI (Purn) Bambang Suswantono (kedua kanan), Pj Sekdaprov Jatim Bobby Soemiarsono (kanan), Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (kiri), dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (ketiga kanan) menekan tombol saat Peresmian Operasi Smelter PTFI di Smelter PTFI, Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2024/06/28/3133911202.jpg)
Rencana Operasional Smelter Tembaga PTFI
Menurut Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, smelter tembaga terbaru ini diharapkan bisa mulai beroperasi pada Agustus. Namun, sebelum masuk fase peleburan, diperlukan waktu sekitar 6-7 minggu untuk melakukan pemanasan smelter.
Smelter ini dirancang untuk memurnikan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, total kapasitas pemurnian mencapai 3 juta ton per tahun. Dari kapasitas tersebut, diharapkan dapat dihasilkan sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.
Proyek smelter tembaga ini menempati lahan seluas 100 hektar di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated And Ports Estate (KEK-JIIPE). Dengan nilai investasi kumulatif yang telah mencapai Rp55 triliun atau sekitar 3,67 miliar dolar AS, proyek ini merupakan salah satu investasi terbesar di sektor pertambangan dan pengolahan mineral di Indonesia.