Penjara Banceuy: Merawat Memori Perjuangan Bung Karno

- 2 Juli 2024, 14:05 WIB
Penjara Banceuy: Merawat Memori Perjuangan Bung Karno
Penjara Banceuy: Merawat Memori Perjuangan Bung Karno /Dok. bandung.go.id/

 


MATA BANDUNG - Kota Bandung memiliki ikatan kuat dengan perjalanan hidup Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, yang lebih dikenal dengan Bung Karno. Banyak masa mudanya dihabiskan di kota ini, dan salah satu tempat bersejarah yang menjadi saksi perjuangannya adalah Penjara Banceuy. Terletak di Jalan Banceuy Nomor 8A, Kota Bandung, penjara ini mengabadikan kenangan perjuangan dan keteguhan Bung Karno.


Penjara Banceuy didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1877. Pada awalnya, penjara ini digunakan untuk menahan tahanan politik tingkat rendah dan kriminal biasa. Penjara ini terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel untuk tahanan politik di lantai atas dan sel untuk rakyat jelata di lantai bawah. Ukuran selnya hanya 1,5 x 2,5 meter, sangat sempit dan tidak nyaman.

Penjara Banceuy menjadi bagian penting dari sejarah pada tanggal 29 Desember 1929, ketika Bung Karno dan tiga rekannya dari Partai Nasional Indonesia (PNI) – Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja – ditangkap di Yogyakarta dan dijebloskan ke penjara ini selama kurang lebih delapan bulan.

Baca Juga: Pesona Taman Bandung: Dari Nostalgia Hingga Edukasi

Sejarah Penjara Banceuy, Saksi Bisu Perjuangan Para Pejuang Kemerdekaan
Sejarah Penjara Banceuy, Saksi Bisu Perjuangan Para Pejuang Kemerdekaan

Dalam bukunya, "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat" (2007), Soekarno menggambarkan Penjara Banceuy sebagai rumah tahanan bagi para penjahat kelas bawah. Ia menulis, "Para sipir memberi ransum kepada para tahanan berupa nasi merah dan sambal." Bung Karno juga menggambarkan kondisi tidur di penjara, "Kami tahanan kelas yang lebih tinggi tidur lebih nyaman di atas ranjang besi yang lebarnya tidak cukup untuk satu orang dan dialas dengan tikar jerami setebal karton."

Penjara Banceuy dikenal sebagai penjara yang menekan mental para tahanan sejak pertama kali mereka masuk sel. Ukurannya yang sempit dan minimnya sirkulasi udara serta cahaya membuat para tahanan merasa tertekan. Bung Karno menggambarkan sel yang ia tempati sebagai "tak lebih dari peti mayat," mencerminkan betapa sempit dan tidak layaknya sel tersebut untuk dihuni manusia.

Meskipun dalam kondisi yang sangat sulit, di sinilah Bung Karno menyusun pledoi yang sangat terkenal, "Indonesia Menggugat." Pledoi ini kemudian dibacakan di sidang pengadilan di Gedung Landraad, yang kini dikenal sebagai Gedung Indonesia Menggugat di Jalan Perintis Kemerdekaan. Pledoi tersebut menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, menunjukkan keberanian dan keteguhan Bung Karno dalam menghadapi penindasan kolonial.

Baca Juga: Kisah Heroik Abah Landoeng Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika: Dari Pawang Hujan Hingga Guru Oemar Bakrie

Sejumlah pengunjung melihat dari dekat kondisi sel nomor 5 Blok F di Situs Sel Penjara Banceuy tempat Ir Sukarno di penjara saat menjalani persidangan di Landraad sejak 30 Desember 1929.
Sejumlah pengunjung melihat dari dekat kondisi sel nomor 5 Blok F di Situs Sel Penjara Banceuy tempat Ir Sukarno di penjara saat menjalani persidangan di Landraad sejak 30 Desember 1929.

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: bandung.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah