Kisah Heroik Abah Landoeng Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika: Dari Pawang Hujan Hingga Guru Oemar Bakrie

- 1 Juli 2024, 19:05 WIB
Kisah Heroik Abah Landoeng Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika: Dari Pawang Hujan Hingga Guru Oemar Bakrie
Kisah Heroik Abah Landoeng Saksi Sejarah Konferensi Asia Afrika: Dari Pawang Hujan Hingga Guru Oemar Bakrie /Dok. bandung.go.id/




MATA BANDUNG - Abah Landoeng adalah salah satu tokoh yang menjadi saksi sejarah penting dalam perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung. Peranannya bukan hanya sebagai pengumpul mobil untuk para delegasi peserta KAA, tetapi juga sebagai pahlawan yang tak banyak diketahui oleh publik.

Setelah mengajar pada sore hari, Abah Landoeng berkeliling kota Bandung dengan sepeda onthel kesayangannya, mengumpulkan mobil-mobil mewah seperti Mercy, Dodge, dan Impala untuk digunakan oleh para delegasi KAA. Usahanya yang gigih selama dua minggu membuahkan hasil, dengan total 14 mobil berhasil dikumpulkan.

Pemilik mobil-mobil tersebut mengenal Abah Landoeng sebagai seorang guru yang dapat dipercaya. Mobil-mobil itu dipinjamkan tanpa perlu disewa, menunjukkan kepercayaan penuh mereka terhadap Abah Landoeng. Akhirnya, 14 mobil tersebut menjadi bagian dari ratusan mobil yang digunakan selama KAA 1955 berlangsung.

Baca Juga: Jejak Kamera Inen Rusnan: Fotografer Termuda di Balik Konferensi Asia Afrika 1955

Melacak Jejak Perdamaian Dunia: Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka
Melacak Jejak Perdamaian Dunia: Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka

Abah Landoeng juga dipercaya oleh Presiden Sukarno untuk menjadi Pawang Hujan selama KAA berlangsung. Setelah perhelatan KAA usai, Abah Landoeng kembali ke profesi aslinya sebagai guru. Pada tahun 1963, atas permintaan Sukarno, ia diberangkatkan ke Malaysia untuk membantu memberantas buta huruf di negeri jiran tersebut.

Perjuangan Abah Landoeng dalam Dunia Pendidikan
Abah Landoeng, lahir di Bandung pada 11 Juli 1926, menempuh pendidikannya di Algemeen Middelbare School (AMS). Ayahnya yang seorang mandor dalam pembangunan Gedung Sate memberikan inspirasi bagi Landoeng untuk mengejar pendidikan.

Sejak muda, Landoeng sudah terbiasa bekerja keras. Ia bekerja sebagai pengambil bola di lapangan golf dan tenis untuk mengumpulkan uang demi membeli beras dan kebutuhan pokok. Setelah lulus dari AMS sekitar tahun 1942, Landoeng mulai berkeliling kota Bandung dengan sepeda kumbangnya, bertanya kepada para petani dan tukang panggul apakah mereka bisa membaca. Jika tidak, ia akan berhenti dan mengajar mereka membaca dengan papan tulis kecil dan kapur yang ia bawa di sepeda kumbangnya.

Landoeng juga mengajari para saudagar kaya di Pasar Baru yang buta huruf. Dari para saudagar ini, ia sering mendapatkan makanan dan minuman sebagai imbalan. Perjuangan Abah Landoeng dalam memberantas buta huruf menunjukkan dedikasinya yang tinggi terhadap pendidikan.

Dari Guru ke Pejuang Kemerdekaan

Selama masa kemerdekaan, Abah Landoeng diangkat menjadi guru di SMPN 4 Bandung. Namun, statusnya sebagai guru tidak menghalanginya untuk turut serta dalam perang melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Semangat perjuangannya tidak hanya terlihat dalam dunia pendidikan tetapi juga dalam medan perang.

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: bandung.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah