100 Tahun Mengalir, Gedong Cai Tjibadak Masih Jadi Andalan Kota Bandung!

- 2 Juli 2024, 10:05 WIB
Seabad Mengalir, Gedong Cai Tjibadak Masih Jadi Andalan Kota Bandung!
Seabad Mengalir, Gedong Cai Tjibadak Masih Jadi Andalan Kota Bandung! /Dok. bandung.go.id/

MATA BANDUNG - Gedong Cai Tjibadak telah menjadi sumber kehidupan bagi Kota Bandung sejak didirikan pada tahun 1921. Terletak di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap Kota Bandung, sumber air ini memainkan peran penting dalam menyediakan air bersih bagi penduduk kota. Lokasinya yang tidak jauh dari kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Jalan Setiabudi menjadikannya mudah diakses oleh masyarakat.


Dilansir dari berbagai sumber, Gedong Cai Tjibadak dibangun pada era Wali Kota Bandung pertama, Bertus Coops. Pembangunan ini merupakan bagian dari upaya menjadikan Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda saat itu. Pemerintah Hindia Belanda membangun gedung air ini sebagai respons terhadap wabah kolera yang melanda dan sebagai langkah untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat.

Nama Tjibadak sendiri berasal dari bahasa Sunda "cai badag" yang berarti "air besar." Namun, ada juga sumber yang menyebut bahwa nama Cibadak berasal dari kondisi kawasan tersebut yang dulunya dihuni oleh badak.

Baca Juga: Pesona Taman Bandung: Dari Nostalgia Hingga Edukasi

Gedung Cai Tjibadak di Kota Bandung pada tahun 1921
Gedung Cai Tjibadak di Kota Bandung pada tahun 1921 Humas Bandung.


Sejak awal, Gedong Cai Tjibadak telah menjadi sumber air yang melimpah bagi masyarakat Kota Bandung. Pada masa awal beroperasi, Gedong Cai Tjibadak menghasilkan debit air sebesar 50 liter per detik. Air dari Gedong Cai Tjibadak tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga untuk irigasi dan berbagai keperluan lainnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, debit air di Gedong Cai Tjibadak mengalami penyusutan. Memasuki dekade 2010-an, debit air menyusut hingga 18 liter per detik. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan lingkungan dan peningkatan kebutuhan air oleh masyarakat.


Menyadari pentingnya Gedong Cai Tjibadak sebagai sumber air, masyarakat bersama pemerintah menggalakkan berbagai upaya konservasi alam untuk mengembalikan debit air yang menyusut. Melalui berbagai program dan kegiatan, upaya ini berhasil meningkatkan debit air kembali menjadi 22 liter per detik. Meskipun angka ini belum kembali ke tingkat semula, upaya konservasi yang dilakukan memberikan harapan bagi masa depan sumber air ini.

Baca Juga: Melacak Jejak Perdamaian Dunia: Konferensi Asia-Afrika di Gedung Merdeka

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: bandung.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah