Keberanian Rakyat Cianjur Dalam Patung Kuda Kosong

20 Mei 2021, 18:00 WIB
Patung Kuda Kosong yang dibangun Dewan Kesenian Cianjur di Jalan Raya Bandung KM 4.0 No 47, Ciranjang Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur, bukan hanya sebagai pajangan semata, tapi sebagai bentuk penghargaan warga Cianjur untuk mengenang jasa Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II. /Foto : Istimewa

MATA BANDUNG - Patung kuda kosong yang berada di Jalan Raya Bandung Cianjur tepatnya di pertigaan Jonggol Tungturunan Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur bukan dibangun hanya sebagai pajangan saja, tetapi memiliki cerita tersendiri.

Tradisi Kabupaten Cianjur salah satunya adalah pawai kuda kosong, sudah ada turun temurun di Cianjur.

Tradisi ini bertujuan untuk mengenang R.A Wira Tanu seorang Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II yang pernah memimpin sebagai Bupati Cianjur pada masa itu.

Pada saat itu bupati wajib menyerahkan upeti hasil dari palawija atau tanaman sampingan dari padi, kemudian upeti tersebut diserahkan kepada Sultan Mataram di Jawa Tengah.

Jenis upeti yang diserahkan adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai, karena Dalem Pamoyanan R.A.A Wiratanudatar II-lah yang saat itu dianggap memiliki ilmu sakti mandraguna. Karena itu beliaulah yang diembani tugas untuk menyerahkan langsung upeti ke Sultan Mataram.

Baca Juga: 11 Mei Kelahiran Seniman dan Budayawan Indonesia KR.T Hardjonagoro.

R.A Wira Tanu selalu mengatakan bahwa rakyat Cianjur itu miskin dalam hasil tani ketika memyerahkan upeti rakyatnya. Meskipun demikian rakyat Cianjur memiliki keberanian yang besar dalam memperjuangkan bangsa, sama seperti upeti yang diserahkan yakni sama dengan pedasnya rasa cabai dan juga lada.

Pernyataan beliau selalu diucapkan ketika menyerahkan upeti, mendengar kata - kata tersebut membuat Sunan Mataram kagum terhadap cara berdiplomasinya dan menghadiahkan seekor kuda jantan kepadanya.

Hadiah kuda jantan yang diberikan Sunan Mataram kepada R.A Wira Tanu membuat rakyat cianjur mempunyai kebanggan tersendiri pada saat itu.

Kurang lebih lima puluh tahun dari peristiwa penyerahan upeti, Belanda datang berusaha menjajah, sesuai dengan perkataan R.A Wira Tanu, ribuan rakyat cianjur berbondong - bondong melakukan perlawanan secara gerilya terhadap penjajah Belanda.

Dibawah kepemimpinan Dalem Cianjur Rd.Alith Prawatasari rakyat Cianjur di setiap desa melakukan lerlawanan secara gerilia, mengakibatkan Belanda melarikan diri ke Batavia dan kini lebih dikenal Jakarta.

Terbuktinya ucapan Dalem Pamoyanan R.A Wira Tanu membuat rakyat Cianjur memberikan penghargaan dengan mengadakan tradisi kuda kosong. Pembangunan patung Kuda Kosong pada Juni 2021 menjadi simbol perjuangan beliau sebagai bupati yang mewakili rakyat Cianjur pada saat itu.

Baca Juga: Pilih Kesehatan Apa Ekonomi?!, Sudjiwo Tedjo ; Peraturan Pemerintah Gak Fokus!!!

Tradisi Kuda Kosong biasanya digelar berbarengan dengan peringatan hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus . Setiap tahunnya dan bertepatan hari jadi Kabupaten Cianjur digelar upacara kenegaraan Cianjur.

Banyak yang perlu dipersiapkan dalam menggelar pawai Kuda Kosong. Diantaranya peralatan yang akan digunakan sebagai aksesoris kuda seperti penutup kepala serta mata kuda, penutup bagian badan kuda, dan bungan warna warni yang akan menghias bagian atas kuda.

Selain itu aksesoris lainnya adalah dua payung yang akan digunakan untuk sebuah simbol memayungi bupati Cianjur. Payung yang digunakan berbentuk seperti payung untuk pengantin atau yang digunakan di kerajaan.

Pada pawai kuda kosong akan ada yang menuntun Kuda Kosong, penuntun tersebut akan mengenakan baju terusan atau dikenal juga dengan sebutan gamis. Ditambahkan dengan memakai luaran sepanjang baju gamis dan memakai aksesoris ikat kepala atau turban dan kaki beralaskan sandal.

Selain penuntun kuda peran lain dalam pawai Kuda Kosong adalah prajurit, yang memiliki peran sebagai pembawa upeti, pohon saparantu, dan keris. Sebagai pelengkap prajurit akan membawa tombak dan umbul-umbul untuk mendukung perannya sebagai seorang prajurit.

Pementasan pawai Kuda Kosong, dilaksanakan setahun sekali bertepatan pada acara kenegaraan, sekaligus menyambut hari jadi kabupaten Cianjur. Parade atau pawai akan diikuti dengan berbagai elemen di Kabupaten Cianjur sendiri, dan mempertunjukkan atraksi kendaraan berhias, produk-produk unggul Cianjur, kesenian asli Cianjur, seperti calung, pencak silat Maenpo, qasidah, drumband dan lainnya.

Baca Juga: Tahun Depan Kembali Normal Setelah Vaksinasi Untuk Sektor Pariwisata

Rombongan pawai akan mengelilingi beberapa sisi kota Cianjur. Di mulai dari depan Pendopo kabupaten Cianjur, kemudian melintasi beberapa jalan protokol, dengan dipimpin Kuda Kosong pada barisan pertama rombongan pawai.***

Editor: Ilhamdi T

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler