Tradisi Sekaten, Perayaan Maulid Nabi Pemersatu Bangsa

- 28 September 2023, 09:15 WIB
Niyaga atau penabuh gamelan memainkan perangkat gamelan Kanjeng Kyai Nagawilaga di Panggonan Lor, kompleks Masjid Gede Kauman, DI Yogyakarta, Rabu (27/0/2023).Tradisi sekaten, perayaan Maulid Nabi pemersatu bangsa
Niyaga atau penabuh gamelan memainkan perangkat gamelan Kanjeng Kyai Nagawilaga di Panggonan Lor, kompleks Masjid Gede Kauman, DI Yogyakarta, Rabu (27/0/2023).Tradisi sekaten, perayaan Maulid Nabi pemersatu bangsa /Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto

 

 

MATA BANDUNG -Tradisi sekaten, perayaan Maulid Nabi pemersatu bangsa. Sekaten, istilah kegiatan di bulan Maulid yang biasa dilaksanakan dari 20 Sapar hingga 20 Mulud yang dilaksanakan di Yogyakarta dan Solo.

Sekaten yang mempunya makna senang hati dan berasal dari dua kalimat syahadat ini biasanya diikuti oleh kegiatan pasar malam yang berlangsung satu bulan penuh

Sekaten yang merupakan tradisi, sudah lama dilakukan oleh.masyarakat Solo dan Yogya. Sejarah Sekaten merupakan upaya Wali Sanga yaitu Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.

Selain itu, sekaten pun mempunyai makna dan simbol-simbol di dalamnya seperti adanya gunungan, benda-benda upacara dan pusaka kerajaan.

Baca Juga: Suka Nonton Film Horor? Ini Dia 5 Rekomendasi Film Horor yang Tayang Akhir September 2023

Gunungan dibuat dari tepung beras, melati, telur rebus dan air. Gunungan merupakan gambaran kehidupan duniawi dan spiritual, yang meyakini bahwa Tuhan yang menentukan setiap kejadian di alam semesta.

Sementara benda-benda upacara dalam sekaten yang terdiri atas dua jenis yaitu benda kerajaan yang biasanya terbuat dari logam mulia emas dan berbentuk binatang, dan benda-benda sultan.

Benda tersebut seperti kotak pakaian bayi, tempat meludah, busur, tameng dan sebagainya mempunya makna filosofis bahwa raja dalam kerajaan tidak hanya menguasai manusia tapi juga binatang.

Dalam pelaksanaannya, pembawa benda-benda upacara ini tidak sembarang orang yang diperkenankan membawanya. Biasanya yang diperbolehkan membawa adalah para puteri kerajaan atau bangsawan.

Baca Juga: Tips dan Trik Menggunakan Makeup untuk Jenis Kulit Berminyak, Dijamin Awet Seharian!

Dan tentu saja, para pembawa barang ini harus menjalani ritual sebelum melaksanakan tugas membawa benda-benda upacara ini.

Yang terakhir adalah pusaka kerajaan di Yogyakarta seperti kereta, tandu, tombak, keris, alat musik (gamelan, genderang dan simbal), juga bendera. Pusaka kerajaan ini dikenal dengan istilah kyai.


Pelaksanaan acara yang begitu kental dengan ritual budaya ini menjadi salah satu alat pemersatu masyarakat khususnya bangsa. Ditengah gempuran budaya asing. Sekaten dapat menjadi salah satu simbol bahwa tradisi di masyarakat masih ada, dan akan terus bidup.

Selain itu, sekaten dapat menjadi salah satu aset pariwisata. Pemerintah dapat mempromosikan kegiatan ini seperti halnya promosi ngaben di Bali.***

Editor: Mia Nurmiarani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x