MATA BANDUNG - Tom Lembong menyebut, rezim yang oligarkis, bergabung dengan kubu-kubu yang secara politis cenderung otoriter, sengaja melestarikan kalangan yang berpenghasilan rendah, yang punya berbagai ketergantungan pada program-program sosial pemerintah. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, suara demokrasi lemah, kondisi ekonomi juga semakin parah. Makin banyak orang yang merosot dari kelas menengah ke kelas bawah.
Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2011-2015 Abraham Samad yang menyebutkan bahwa rezim yang otoritarian itu selalu memelihara dan melanggengkan kemiskinan dan kebodohan agar bisa melanggengkan kekuasaan otoriternya.
Hal tersebut disampaikan dalam kesempatan sesi talkshow Abraham Samad Speak Up yang telah disiarkan pada 22 Februari 2024.
“Sementara rezim atau pemerintahan yang demokratis itu selalu akan memupuk, selalu akan mencari kebijakan yang pro kelas menengah, dan semakin tebal kelas menengah, semakin besar kelas menengah, itu kan cirinya bukan hanya penghasilan tapi juga kesehatan, pendidikan,” jelas Tom pria lulusan Harvard University ini.
“Kelas menengah yang terdidik, kelas menengah yang sehat, mereka itu sudah pasti akan progresif. Sudah pasti akan bersuara ya, punya opini dan menyuarakan terus, dan menagih kepada pemerintah ya kan dengan suara lantang itu kelas menengah ya,” ujar Tom.
Abraham Samad selaku host selaku pemilik acara Abraham Samad Speak menambahkan bahwa kelas menengah adalah meraka yang akan menjadi penagih janji kepada pemerintah yang sedang berkuasa. Menurutnya, itu adalah salah satu ciri-ciri kelas menengah, dan kelas menengah itu tidak selalu diidentikkan dengan kemapanan dari segi ekonomi.
“Memang kelas menengah itu bukan hanya penghasilan betul sekali jadi dari pendidikan, kecerdasan,” kata Tom yang pernah menjadi bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia dari tahun 1999-2000.