MATA BANDUNG - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2011-2015 Abraham Samad menyebutkan bahwa apa yang terjadi sekarang sungguh sangat ironis, karena seluruh yang dikoreksi di rezim otoritarian itu dikembalikan ke rezim sekarang untuk dilanggengkan. Salah satunya misalnya, praktek politik dinasti. Abraham lebih cenderung memilih untuk menggunakan istilah politik keluarga, sebab ia khawatir, jangan-jangan masyarakat Indonesia tidak terlalu paham mengenai apa yang disebut dengan istilah politik dinasti.
Menurutnya, praktek politik keluarga ini menghancurkan demokrasi, menutup harapan begitu banyak anak-anak muda yang punya potensi.
“Tidak punya harapan karena mereka menganggap, betapa pun saya hebatnya, betapa pun saya pintarnya, kalau bukan keluarga atau bukan orang dalam, bukan anak presiden, saya tidak akan mungkin bisa menjadi seorang pemimpin di negeri ini,” ujar Abraham dalam sesi talkshoow Abraham Samad Speak Up yang disiarkan pada 22 februari 2024.
Thomas Lembong yang menjadi tamu dalam sesi talkshow tersebut mengatakan bahwa kontestasi Pemilu kali ini merupakan sebuah pertempuran antara elemen-elemen yang ada di masyarakat. Yaitu pertarungan antara elemen-elemen masyarakat yang pro reformis progresif, teknokratis dengan elemen-elemen masyarakat yang pro status quo, statis, konservatif, mau mencegah perubahan.
Namun menurutnya, perubahan itu niscaya kalau menginginkan kemajuan.
“Tidak ada tuh kemajuan tanpa perubahan. Jangan pernah berharap sebuah kemajuan tanpa perubahan,” kata Tom yang pernah menjabat Menteri Perdagangan dalam Kabinet Presiden Jokowi.