Penjajah Israel Gencarkan Operasi Militer di Rafah Jalur Gaza Selatan, Warga Palestina Suarakan Keprihatinan

- 16 Maret 2024, 15:32 WIB
Seorang lelaki tua Palestina mengendong cucunya di sela reruntuhan Gaza - Reruntuhan Gaza capai 23 juta ton puing dan nestapa 2 juta lebih rakyat Palestina
Seorang lelaki tua Palestina mengendong cucunya di sela reruntuhan Gaza - Reruntuhan Gaza capai 23 juta ton puing dan nestapa 2 juta lebih rakyat Palestina /UNRWA

MATA BANDUNG - Penjajah Israel memutuskan untuk menggencarkan operasi militer di Rafah Jalur Gaza Selatan, warga Palestina menyuarakan keprihatinan atas keputusan tersebut.

Palestina memperingatkan bahwa hal itu dapat memicu pembantaian baru dan pengungsian yang lebih besar.


"Setiap operasi militer di Rafah berarti melakukan pembantaian baru dan melanjutkan kejahatan pengusiran terhadap rakyat kami," kata pihak Kepresidenan Palestina, seperti dikutip kantor berita Wafa.

Pernyataan tersebut meminta Amerika Serikat dan masyarakat internasional segera mengambil tindakan untuk mencegah agresi yang memperburuk penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Baca Juga: Saat Hari Perempuan, 9.000 Perempuan Palestina Dilaporkan Tewas Akibat Aksi Genosida oleh Penjajah Israel

Warga Palestina yang mengungsi berlindung di sebuah kamp tenda di Rafah di Jalur Gaza selatan.
Warga Palestina yang mengungsi berlindung di sebuah kamp tenda di Rafah di Jalur Gaza selatan.

Pada Jumat, rencana operasi militer di Rafah telah disetujui oleh Israel.

"Perdana Menteri Israel Netanyahu menyetujui rencana operasi militer di Rafah, dan tentara (Israel) secara operasional mempersiapkannya dan mengevakuasi penduduk," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Sejumlah negara telah mengingatkan Israel untuk menghindari operasi militer di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang Palestina tinggal.


Sejak serangan lintas batas yang dilakukan oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober, yang menewaskan hampir 1.200 orang, Israel melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza.

Sejak saat itu, sedikitnya 31.490 warga Palestina telah tewas di Gaza, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 73.439 lainnya luka-luka akibat kehancuran massal dan kekurangan bahan kebutuhan pokok.

Selain itu, Israel melakukan blokade yang melumpuhkan di wilayah kantong Palestina tersebut, membuat penduduknya hampir kelaparan, terutama warga Gaza utara.

PBB menyatakan bahwa akibat perang Israel, 85 persen penduduk Gaza harus mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan akses terhadap sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan. Selain itu, 60 persen infrastruktur di wilayah kantong telah hancur atau rusak.

Mahkamah Internasional (ICJ) menuduh Israel melakukan genosida. Putusan sementara ICJ pada Januari meminta Tel Aviv untuk berhenti melakukan genosida dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat dikirim ke warga sipil Gaza.***

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah