Network
MATA BANDUNG - Saat dunia memperingati Hari Perempuan Internasional Pada Kamis 7 Maret 2024, Penjabat Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan bahwa wanita Palestina telah mengalami masa-masa yang paling sulit dalam sejarah negara mereka. Sebanyak hampir 9.000 perempuan dilaporkan media jalur Gaza telah tewas akibat aksi genosida pejajah Israel.
Dalam sebuah pernyataan untuk memperingati Hari Wanita Internasional 8 Maret, Shtayyeh mengatakan, "Perempuan Palestina saat ini berduka atas kehilangan orang-orang yang mereka kasihi, dibunuh, diusir, dan dunia menyaksikan perampasan atas hak-hak paling dasar manusia."
“Kami ingin mengingatkan para perayaan peringatan ini di seluruh dunia dan mereka yang memuji hak-hak perempuan bahwa di Palestina, bahwa terdapat 9.000 perempuan yang menjadi korban, selain puluhan ribu orang yang terluka, yatim piatu, dan hampir satu juta orang yang kehilangan tempat tinggal, serta ratusan jadi tahanan,” lanjut Shtayyeh.
“Biarkan perempuan Palestina hidup seperti tanggal 8 Maret setiap hari, dengan kebebasan, martabat, kemandirian nasional, keamanan, dan keselamatan, dan hilangkan standar ganda dan penerapan tindakan yang berbeda-beda,” tambahnya.
Pada Senin lalu, Kantor Media Jalur Gaza melaporkan bahwa 8.900 wanita tewas sebagai akibat dari serangan Israel yang berlangsung selama lima bulan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel melakukan serangan membabi buta di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas, yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.200 orang.
Sejak serangan Israel terhadap Palestina, lebih dari 30.700 orang meninggal dunia, dan 72.000 lainnya terluka akibat kerusakan yang parah, kekurangan makanan dan obat-obatan.
Baca Juga: Menyedihkan, Akibat Perang Israel 60.000 Wanita Hamil di Gaza Mengalami Kekurangan Nutrisi
Orang-orang di Jalur Gaza, terutama di wilayah utara, terancam kelaparan karena blokade yang dilakukan Israel terhadap Jalur Gaza.
