Bermain Gawai Bukan Solusi Anak untuk Tenang, Justru Ada Ancaman Tersembunyi Salah-satunya Tantrum

23 April 2024, 23:15 WIB
Mengawasi anak menggunakan gawai /Karawangpost/Foto/Pexels-Pavel Danilyuk

MATA BANDUNG - Bermain gawai atau ponsel pintar saat ini sudah sering dianggap para orangtua sebagai solusi untuk anak-anak bisa betah, diam dan diam. Padahal, di balik solusi itu terhampar ancaman serius bagi si anak.  

Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K) mengemukakan bahwa bermain menggunakan gawai dalam waktu lama dapat memicu munculnya perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

"Anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit, 66 persen mengalami tempered tantrum, karena penggunaan atau paparan gadget terlalu lama akan mengubah perilaku menjadi negatif," kata dokter yang biasa disapa Trisna itu dalam diskusi daring yang diikuti dari Jakarta pada Selasa.

Baca Juga: Ini 6 Tips Atasi Gangguan Tidur, Salah-satunya Singkirkan Telepon Selular atau Gawai Sebelum Tidur

Mulai usia 8 bulan

Ilustrasi anak tantrum. yang miao/unsplash

Ia menjelaskan bahwa anak-anak bisa tantrum karena tidak suka ada perubahan mendadak saat melakukan hal yang disukai, yang terjadi ketika orang tua meminta anak melakukan aktivitas lain semasa asyik bermain menggunakan gawai.

Selain itu, ia melanjutkan, anak-anak juga bisa tantrum jika mengalami infeksi, gangguan tidur, lelah, atau lapar serta belum punya keterampilan menanggulangi perasaan sendiri.

Dokter lulusan Universitas Udayana itu mengatakan bahwa tantrum dapat terjadi pada anak usia 18 bulan sampai empat tahun. Menurut dia, lama dan frekuensi tantrum akan berkurang seiring dengan pertambahan usia anak.

Baca Juga: Komunikasi Tak Lancar dengan Anak? Coba Ajak Mereka Bermain Sepeda atau Pushbike dan Rasakan Bedanya

Perkembangan emosional

Ilustrasi hubungan emosional anak ddengan orangtua yang baik

Trisna menjelaskan, tantrum merupakan bagian dari perkembangan emosional normal pada anak, tetapi bisa menjadi abnormal jika berlanjut dan tidak diintervensi.

Oleh sebab itu, ia mengatakan, penting bagi para orang tua untuk mengetahui tahapan perkembangan emosional anak berdasarkan usia.

Menurut dia, anak pada usia 15 bulan sudah bisa merasakan kesedihan dan emosi orang lain, pada usia 22 bulan sudah bisa menentang jika dilarang, dan pada usia dua tahun sudah bisa mengendalikan emosi.

Baca Juga: Cara efektif Hindari atau Bullying atau Perundungan Anak dengan Menggunakan Permainan Pushbike

86 persen menangis

Viral Video Anak Menangis Kejer Dihadapi Orangtunya Dengan Cara Unik, Tuai Pujian

"Usia tiga tahun sudah bisa berbagi dengan orang lain tanpa diminta, empat tahun sudah bisa menunjukkan rasa bahagia, takut, marah, karena perkembangan emosional sudah terbentuk dengan baik," katanya.

Ia mengatakan bahwa saat mengalami tantrum 86 persen anak menangis, 40 persen anak berteriak, dan 13 persen anak merengek.

Tantrum yang berat, sering terjadi, dan berlangsung lama, menurut dia, bisa jadi merupakan indikasi adanya masalah internalisasi dalam mengontrol emosi dan masalah eksternalisasi dalam bersikap kepada orang lain.

Dia menyarankan orang tua membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menjalani pemeriksaan jika anak mengalami tantrum lebih dari 15 menit lebih dari lima kali dalam sehari, melukai diri sendiri dan orang lain saat tantrum, dan suasana hatinya tidak segera kembali normal setelah tantrum.

"Periksa anamnesis, apakah sakit atau infeksi atau gangguan tumbuh kembang, keterlambatan bicara, skrining pendengaran. Kalau lebih lanjut cek laboratorium untuk dilihat adanya kelebihan timbal dan ada gangguan perilaku abnormal," kata Trisna.***

Editor: Arief TE

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler