MATA BANDUNG - Emily Kelly Callahan tidak akan pernah lupa kalimat rekan-rekan sejawatnya berdarah Palestina di Rumah Sakit Indonesia, di Gaza. "Kalau pun kami mati, kami sudah bantu banyak orang," ujar Emily menirukan kata-kata sejawatnya yang ia terpaksa tinggalkan di Gaza.
Emily yang merupakan manager dari lembaga non-pemerintah, Médecins Sans Frontièrs/MSF (dokter tanpa tapal batas) berhasil dievakuasi keluar dari Gaza beberapa hari lalu. Ia mengisahkan betapa heroik dan setia para tenaga medis sejawatnya yang berdarah Palestina.
"Mereka adalah orang-orang yang amat luar biasa yang belum pernah saya temui selama hidup saya," ujar Emily saat diwawancarai CNN dan dikutip Al-Jazeera.
Baca Juga: Tiga RS, Termasuk RS Indonesia, Dituduh Zionis Ada Markas Militer Hamas di Bawah Tanah
Emily sempat menawarkan ke rekan-rekannya untuk ikut bersamanya dievakuasi keluar dari Gaza. "Namun, kata-kata yang keluar dari mulut mereka adalah, 'ini komunitas kami, ini saudara-saudara kami dan ini teman-teman kami, kalau pun kami mati, kami sudah bantu banyak orang'."
Tenaga medis di daerah konflik seharusnya mendapatkan perlindungan. Namun, di konflik Palestina dan penjajah Israel, jangankan tenaga medis, jurnalis pun tidak bisa dijamin keselamatannya selama bertugas. Itu yang terjadi di Gaza.
Dalam Konvensi Jenewa pertama tanggal 12 Agustus 1949 (“Konvensi Jenewa”), di antaranya dalam Bab IV tentang Anggota Dinas Kesehatan jelas tertera bahwa tenaga medis harus dilindungi.
Emily mengisahkan ada staf perawat di RS Indonesia yang tewas akibat ledakan di sekitar RS tempat ia bekerja.
Baca Juga: Pengeboman yang Dilakukan Israel Sebabkan Kerusakan Parah Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina
Kembali ke Gaza