MATA BANDUNG - Amerika Serikat, sebagai sekutu paling setia penjajah Israel, kembali mem-veto (hak untuk membatalkan) resolusi Dewan Keamanan/DK PBB yang menyerukan genjatan senjata secara penuh di kawasan Gaza, Palestina, Jumat, 8/12, waktu setempat. Padahal 13 negara dari 15 negara anggota DK PBB itu telah menyetujui rancangan resolusi itu (Inggris menyatakan abstain dalam pemilihan suara ini).
Isi dari resolusi yang diajukan oleh Uni Emirate Arab dan didukung oleh 100 negara di PBB itu, bila disetujui, akan menyerukan penghentian segera segala bentuk serangan bersenjata di Gaza, Palestina.
Utusan PBB untuk Palestina, Riyad Mansour, dalam pidatonya di sidang tersebut bahwa veto AS ini "bencana".
"Jika Anda mendukung perang ini berarti Anda memang menginginkan penghancuran dan pengusiran yang sedang terjadi terhadap Rakyat Palestina terlepas apa pun tujuan dukungan tersebut ... Harapan hidup jutaan Rakyat Palestina bergantung pada dukungan ini. Segenap Rakyat Palestina saat ini hidup dalam ketakutan, mereka amat layak diselamatkan."
Baca Juga: Tentara Penjajah Israel Tembak Kendaraan Patroli Pasukan PBB di Lebanon dalam Masa Jeda Kemanusiaan
Veto tidak manusiawi
Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan veto AS itu adalah hal yang tak tahu malu dan merupakan cek kosong yang diberikan kepada negara penjajah untuk terus melakukan pembantaian, penghancuran dan pengusiran.
Pihak Hamas sendiri dalam sebuah pernyataan menanggapi veto AS ini mengutuk keras dengan mengatakan bahwa tindakan Pemerintah Amerika itu 'tidak etis dan tidak manusiawi'.
“Tindakan penggagalan oleh Amerika terhadap resolusi gencatan senjata merupakan dukungan secara langsung terhadap setiap kekerasan yang membunuh rakyat kami dan cenderung pada pembantaian dan pembersihan etnis," ujar Izzat al-Risheq, anggota dewan politik Hamas, dalam pernyataan itu.
Baca Juga: Sekolah PBB Turut Digempur Penjajah Israel, Kejatuhan Netanyahu Makin Dekat