MATA BANDUNG - Hamas, Turki dan Rusia upayakan gencatan senjata segera di Jalur Gaza, Palestina untuk mengakhiri penderitaan warga Gaza khususnya dan Palestina serta para sandera warga Israel pada umumnya.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melakukan kunjungan pertamanya ke Mesir selama lebih dari sebulan terakhir pada Rabu, sebagai sebuah intervensi pribadi dalam berdiplomasi yang digambarkan oleh sebuah sumber sebagai pembicaraan intensif mengenai gencatan senjata baru.
Gencatan senjata baru itu diharapkan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan mencapai Gaza dan membebaskan para sandera.
Baca Juga: Natal di Palestina Penuh Duka, Tahan Diri untuk Merayakan Hanya dengan Doa dan Ritual Sakral
Debat soal sandera
Israel bersikeras agar semua perempuan dan laki-laki lemah yang tersisa di antara para sandera dibebaskan, kata sumber yang menolak disebutkan namanya itu. Sedangkan warga Palestina yang dihukum karena pelanggaran serius bisa masuk dalam daftar tahanan yang akan dapat dibebaskan.
Sumber tersebut menggambarkan negosiasi itu berlangsung intensif dan menyebut terobosan dapat dicapai dalam beberapa hari.
Seorang pejabat Palestina mengatakan Haniyeh ingin mendengarkan para pejabat Mesir untuk kemungkinan pendekatan baru dan mencatat bahwa posisi resmi Hamas adalah menolak gencatan senjata sementara yang baru dan menuntut penghentian pertempuran secara permanen.
Washington, sekutu terdekat Israel, telah secara terbuka menyerukan selama sepekan terakhir agar Israel mengurangi perang habis-habisan menjadi serangan yang lebih presisi melawan para pemimpin Hamas dan mengakhiri apa yang disebut Presiden AS Joe Biden sebagai "pemboman tanpa pandang bulu".
Baca Juga: Jurnalis Jadi Target Serangan Penjajah Israel, Berusaha Membunuh Kebenaran yang Terjadi di Palestina
Rusia dan Turki
“Dalam pembahasan yang rinci, kedua pihak mengangkat pembahasan isu Timur Tengah di Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB dengan secara khusus menekankan pada eskalasi kekerasan di wilayah pendudukan Palestina, terutama di Jalur Gaza," demikian pernyataan tertulis Kemlu Rusia.
Dalam pernyataan tersebut kedua pihak menekankan pentingnya kebutuhan mendesak untuk menghentikan pertumpahan darah melalui gencatan senjata segera dan komprehensif.
Bagi Turki dan Rusia yang penting saat ini adalah membangun akses kemanusiaan yang luas dan tanpa hambatan serta mencegah krisis merembet ke negara lain di kawasan.***