Kampus Memanggil: Guru Besar FSRD ITB Sebut Kampus Harus Melawan Segala Bentuk Tuna Etika dan Ketidakadaban

- 23 Maret 2024, 23:14 WIB
Kampus Memanggil: Guru Besar FSRD ITB Sebut Kampus Harus Melawan Segala Bentuk Tuna Etika dan Ketidakadaban
Kampus Memanggil: Guru Besar FSRD ITB Sebut Kampus Harus Melawan Segala Bentuk Tuna Etika dan Ketidakadaban /Dok. tangkapan layar youtube obrolan meja bundar/

"Presiden Republik Indonesia ini Melanggar janjinya sendiri dan enteng-enteng saja tidak pernah merasa bersalah bahwa telah melanggar janji, sehingga melanggar janji itu menjadi bagian budaya demokrasi kita," sesalnya.

Aspek ketiga adalah pemimpin yang menghancurkan jati diri bangsa membangun jati diri bangsa merupakan cita- cita bangsa, tapi jati diri bangsa ini. Menurutnya, kini ditutupi oleh topeng-topeng pencitraan dan kepalsuan.

"Kita malu sebagai bangsa bahwa seorang pemimpin at pemimpin mengemas dirinya melalui pencitraan disorot oleh media tetapi sebenarnya untuk menutupi kebuburukan dirinya keculasan, kecurangan dan sebagainya Itu ditutupi melalui pencitrraan ini berbahaya bagi bangsa ke depan," katanya.

Aspek keempat para pemimpin yang meruntuhkan keadapan bangsa. Keadapan adalah manifestasi dari budaya politik yaitu bagaimana seorang pemimpin mengikuti norma-norma publik kesopanan, kesantunan, penghargaan terhadap orang lain, rasa hormat terhadap orang tua, sifat menahan diri.

Baca Juga: Kampus Memanggil: Guru Besar Hukum Unpad Menuntut Penyelidikan Rekayasa Pemilu, Pelanggaran Etik dan Hukum

"Kita malu pada para pendiri bangsa, karena apa yang kita saksikan hari ini adalah runtuhnya keadapan publik, ini digantikan oleh ketidakadapan, sikap tidak sopan, tidak santun, hilangnya rasa hormat, dan respek, sifat culas, licik, curang, dan korup ini oleh pemimpinnya sendiri, bagaimana nanti dengan rakyatnya,"sesalnya.

Aspek kelima adalah hilangnya keteladanan, yang merupakan warisan yang ditinggalkan oleh para pemimpin bangsa tentang kebangsaan, kejujuran, rasa hormat, kesederhanaan, dan jati diri.

"Kita tidak bisa membayangkan akan jadi apa bangsa ini bila keteladanan yang diberikan oleh pemimpin adalah keteladanan yang buruk, keteladanan melanggar undang-undang, melanggar aturan, ketidakadapan di ruang publik, keculasan, kecurangan dan sebagainya. Itu itu adalah keteladanan yang buruk yang diwariskan pada generasi berikutnya," katanya.

Terakhir, hilangnya rasa malu dan rasa bersalah oleh para pemimpin saat melakukan tindakan amoral. Menurutnya, hal ini merupakan masalah serius, yang membahayakan budaya dan etika bangsa. 

Baca Juga: Guru Besar dan Akademisi se-Bandung Raya Gelar Kampus Memanggil: Penegakan Konstitusi dan Keadaban Berbangsa

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x