Kecelakaan Pesawat Malaysian Airllines MH370, Misteri Terbesar Dunia Penerbangan

- 11 Maret 2024, 19:00 WIB
Mengenang 10 tahun tragedi MH370.
Mengenang 10 tahun tragedi MH370. /Persia Digest

Kapal pencari mendeteksi sinyal ultrasonik yang mungkin berasal dari kotak hitam pesawat dan bangkai kapal yang diyakini merupakan kapal dagang abad ke-19, tetapi tidak pernah menemukan pesawat tersebut. 

Pada Juli 2015, sebuah fragmen yang kemudian dikonfirmasi sebagai flaperon dari Penerbangan MH370 ditemukan di Pulau Reunion Prancis di Samudera Hindia bagian barat. Ini merupakan bukti kuat pertama bahwa MH370 mengakhiri penerbangannya di Samudera Hindia. Beberapa puing lainnya kemudian ditemukan terdampar di pantai timur Afrika. Pencarian dihentikan pada Januari 2017.

Perusahaan robot kelautan AS, Ocean Infinity, memulai pencarian pada Januari 2018 berdasarkan kontrak dengan Malaysia, dengan fokus pada area di utara pencarian sebelumnya yang diidentifikasi oleh studi aliran puing. Tapi itu berakhir beberapa bulan kemudian tanpa hasil.

Sulit Dilakukan 

Mengapa pencariannya begitu sulit? Salah satu alasan mengapa pencarian ekstensif gagal menemukan petunjuk adalah karena tidak ada yang tahu persis di mana mencarinya. Samudera Hindia merupakan samudra terluas ketiga di dunia, dan pencarian dilakukan di wilayah yang sulit, yang membuat para pencari menghadapi cuaca buruk dan kedalaman rata-rata sekitar 4 kilometer (2,5 mil).

Bukan hal yang lazim jika pesawat menghilang di laut dalam. Namun, jika itu terjadi, sisa-sisa pesawat akan sangat sulit ditemukan. Selama 50 tahun terakhir, puluhan pesawat telah hilang, demikian menurut Aviation Safety Network.

Pemerintah Malaysia secara konsisten mengatakan mereka hanya akan melanjutkan perburuan jika ada bukti baru yang dapat dipercaya. Saat ini mereka sedang mempertimbangkan proposal Ocean Infinity untuk pencarian baru dengan teknologi baru, meskipun tidak jelas apakah perusahaan tersebut memiliki bukti baru mengenai lokasi pesawat tersebut.

Banyak keluarga yang kehilangan dalam tragedi tersebut, tetap teguh dalam pencarian jawaban. Mereka berargumentasi bahwa misteri ini harus dipecahkan, tidak hanya untuk penutupan pribadi tetapi juga untuk mencegah bencana di masa depan.

Bencana ini juga membantu meningkatkan keselamatan penerbangan. Mulai tahun 2025, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional akan mewajibkan jet membawa perangkat yang akan menyiarkan posisi mereka setiap menit jika menghadapi masalah, sehingga pihak berwenang dapat menemukan lokasi pesawat jika terjadi bencana. 

Perangkat akan terpicu secara otomatis dan tidak dapat dimatikan secara manual. Namun, masalahnya, aturan ini hanya berlaku untuk jet baru – bukan ribuan pesawat lama yang masih beroperasi.***

Halaman:

Editor: Arief TE

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x