Guru Besar Komunikasi Unpad: Masing-masing Calon Miliki Gaya Berbeda, Debat Capres Ke-5 Lebih Soft dan Landai

- 5 Februari 2024, 20:28 WIB
Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD
Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD /Dok. UNPAD.ac.id/

MATA BANDUNG - Guru Besar Fakutas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si, menilai masing-masing pasangan calon (paslon) calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam Debat Capres pamungkas Minggu malam, 4 Februari 2024.

"Masing-masing berbeda gaya, cara dan membangun logika argumen. Kandidat 01 atau Anies Baswedan tetap dengan karakternya. Menjawab setiap pertanyaan selalu berbasis data, logika saintifiknya tetap melekat seperti saat dosen mengajar. Saya menyebut gaya retoris-akademis," terang Atwar.

Sedangkan Prabowo Subianto, menurut Atwar, saat debat terakhir terlihat lebih kalem. Tidak banyak gimmick non-verbal, bahkan menghindari upaya memancing dengan sentimen personal.

"Namun dalam penyajian argumen sangat to the point dan cenderung seperti instruktif, Saya menyebutnya dengan gaya retoris ala militer. Tidak suka dengan latar belakang bertele-tele. Misalnya saya akan kirim 10 ribu beasiswa, sekian ribu dokter, dan kasih makan gratis," tambah Atwar.

Sementara itu, paslon 03 Ganjar Pranowo, menurut Atwar, justru masih menggunakan gaya progresif, menyindir dan menggunakan data untuk “menyerang lawan”. Strateginya retoris-pragmatis plus progresif.

Debat Capres yang disiarkan di beberapa stasiun TV nasional dan kanal youtube berbagai media tersebut, dikatakan Atwar, jika dibandingkan dengan tensi debat sebelumnya, memang cenderung berbeda, lebih landai, lebih soft.

Baca Juga: Guru Besar Komunikasi UNPAD Soal Debat Cawapres: Jangan Banyak Gimmick Gak Penting, Apalagi Merendahkan Lawan

Ubaid Matraji soroti debat Capres kelima. / YouTube KPU RI
Ubaid Matraji soroti debat Capres kelima. / YouTube KPU RI

"Pak Prabowo lebih santai, gayanya bahkan cenderung “setuju sana setuju sini,” seperti kehabisan ‘bensin’, namun sebenarnya, itu upaya untuk meraih simpati bahwa beliau mengubah gaya. Biasanya kan beliau senang menggunakan narasi keras, frontal dan gimmick yang  merendahkan lawan. Tadi malam tidak muncul,’ beber Atwar.

Halaman:

Editor: Mia Nurmiarani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x