Presiden Persebaya: Timnas Indonesia Alami Under Pressure, Cek Faktanya di Sini!

1 April 2024, 08:02 WIB
Aksi Ernando Ari saat menghadapi Jepang di Grup D Piala Asia 2023, di Al Thumama Stadium, Rabu 24 Januari 2024. /persebaya.id

MATA BANDUNG – Ada yang menarik dari artikel berjudul “Catatan Azrul Ananda: Emergency (Bola) Nasional” . Azrul Ananda adalah Presiden Persatuan Sepak bola Surabaya (Persebaya) sejak 2017.

Sebelumnya, Azrul yang akrab dipanggil Ulik adalah CEO dari Group Jaw Pos atau Jawa Pos News Network (JPNN) dari tahun 2011, menggantikan CEO sebelumnya, Dahlan Iskan yang merupakan ayahnya sendiri.

Pada awal tulisannya, Azrul memuji Ketua Umum PSSI Erick Thohir, menurutnya ketua umum PSSI terbaik yang pernah dia tahu. Punya visi industri, punya visi prestasi, yang bisa mengantarkan sepak bola kita ke arah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Shin Tae-Yong (STY) adalah salah satu pelatih timnas terbaik yang pernah dia rasakan. Minimal Indonesia sekarang merasakan punya timnas yang punya gereget, yang step by step rasanya menuju lebih baik.

Di bulan Ramadan, ujar Azrul, Erick sedang semangat-semangatnya, serius-seriusnya, membawa timnas kita ke level yang belum pernah dicapai.

“STY sedang under pressure juga untuk meraih hasil terbaik. Mungkin, dia sedang under pressure untuk mempertahankan pekerjaan, dengan target-target yang mungkin sudah dibahas di PSSI,” kata Azrul dalam tulisannya.

Baca juga: PSSI: Kebijakan Jeda Kompetisi Selama Piala Asia U-23 demi Menjaga Timnas dan Klub Liga 1

Pressure yang diturunkan ke seluruh barisan di bawahnya, termasuk para pemain. Dalam konteks ini, yang under pressure mungkin bukan hanya STY. Bahkan mungkin, Badan Tim Nasional mungkin lebih under pressure dari STY,” ucapnya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Azrul, bahwa klub-klub Liga 1 sekarang juga sedang under pressure. Liga sudah memasuki pekan ke-31 dari total 34. Hanya sisa empat pertandingan untuk menentukan nasib di akhir musim. Hampir semua klub sedang berusaha mati-matian dalam empat pertandingan sisa ini.

Ada yang mengejar empat besar untuk lolos Championship Series, ada yang mengejar posisi terbaik di klasemen. Ada juga yang berusaha terhindar dari degradasi yang dinilai oleh Azrul sebagai hal yang “paling mengerikan”.

Pressure untuk memuaskan suporternya, pressure untuk menyenangkan sponsornya, pressure untuk membahagiakan ownership-nya.

Yang kasihan para pemain, lanjut Azrul, apalagi yang dipanggil tim nasional. Mereka under pressure dari PSSI dan STY, under pressure dari klubnya (yang notabene memberinya penghasilan utama), under pressure dari masyarakat bola Indonesia.

Kaitan dengan surat keputusan malam Minggu, 30 Maret 2024. Dimana Liga 1 dihentikan sementara demi tim nasional U23 yang sedang bersiap dan bertanding menghadapi putaran final Piala Asia.

Baca juga: WAH! Kompetisi BRI Liga 1 Resmi Ditunda demi Timnas U23

Sebagai pemicu, begitu banyak pemain yang tidak dilepas klub untuk mengikuti pemusatan latihan pada 1-11 April 2024. Sepengatahuannya hingga 30 Maret, 21 pemain tidak dilepas klubnya. Hanya sembilan yang akan berangkat. Ada yang terang-terangan mengirim surat. Ada yang jalan diskusi via teks atau telepon.

Azrul tidak memungkiri bahwa kalender U23 itu bukan kalender FIFA. Klub-klub tidak wajib melepas pemainnya. Namun dirinya berpendapat bahwa klub-klub sedang under pressure untuk meraih yang terbaik di sisa musim Liga 1 ini, yang hanya menyisakan empat pertandingan.

Apalagi, sebenarnya jadwal pertandingan pekan 31 hanya sisa beberapa hari. Hanya Senin sampai Kamis, 1-4 April. Setelah itu libur panjang untuk Idul Fitri, baru kembali bertanding di pertengahan April.

Menurut Azrul, STY dan timnas mungkin punya alasan teknis kenapa TC 1-11 April. Tapi kenapa tidak menunggu setelah atau pada 4 April dimulai?

“Atau, pemain-pemain diberi waktu membela klubnya dulu di fase krusial liga pekan 31 ini, baru kemudian boleh bergabung. Toh ada yang tanggal 1 sudah selesai, tanggal 2 sudah selesai, dan tanggal 3 sudah selesai,” ucapnya.

“Ketika semua sedang under pressure begini, memang kadang kita semua bisa agak mengabaikan common sense,” tutur Azrul menegaskan.

Baca juga: Pemain PERSIB David da Silva Absen Main dan Latihan, Ada Permasalahan Apa Ya?

Sukses tim nasional sepak bola Indonesia memang bukan emergency nasional, tapi mungkin tetap bisa dikategorikan kepentingan nasional.

Dalam konteks ini, lanjut Azrul, sukses liga sepak bola Indonesia juga kepentingan nasional. Karena semua, dari PSSI sampai seluruh klub, adalah departemen kebahagiaan masyarakat (khususnya masyarakat bola) di seluruh penjuru tanah air.

Kalau "something's gotta give" itu timnasnya, prestasi yang diimpikan bisa kembali tertunda, STY bisa kehilangan pekerjaan, PSSI tidak bisa membahagiakan masyarakat bola.

Kalau "something's gotta give" itu liganya, jadwal kembali karut marut, biaya kembali membengkak untuk sesuatu yang emosional, dan pemborosan karena hal sederhana begini bukanlah sesuatu yang "responsible" di saat banyak masyarakat kita sedang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Dikatakan oleh Azrul, bahwa banyak di antara kita tidak ingin kehilangan STY sebagai pelatih timnas.

“Kita juga tidak ingin klub-klub kembali merasakan suffering ala rezim-rezim PSSI masa lalu. Dan kita sangat, sangat, tidak ingin kehilangan ketua umum PSSI seperti Bang Erick Thohir,” ucapnya.

Menutup tulisanannya Azrul Ananda menyampaikan bahwa, Untuk menuju lebih baik, semua pasti akan menghadapi ujian. Sekarang, kita kembali menghadapi ujian common sense (kewarasan?) menyikapi sepak bola Indonesia. Dari level tertinggi, semua yang terlibat di dalamnya, hingga masyarakatnya.***

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Sumber: happywednesday.id

Tags

Terkini

Terpopuler