“Ketika semua sedang under pressure begini, memang kadang kita semua bisa agak mengabaikan common sense,” tutur Azrul menegaskan.
Baca juga: Pemain PERSIB David da Silva Absen Main dan Latihan, Ada Permasalahan Apa Ya?
Sukses tim nasional sepak bola Indonesia memang bukan emergency nasional, tapi mungkin tetap bisa dikategorikan kepentingan nasional.
Dalam konteks ini, lanjut Azrul, sukses liga sepak bola Indonesia juga kepentingan nasional. Karena semua, dari PSSI sampai seluruh klub, adalah departemen kebahagiaan masyarakat (khususnya masyarakat bola) di seluruh penjuru tanah air.
Kalau "something's gotta give" itu timnasnya, prestasi yang diimpikan bisa kembali tertunda, STY bisa kehilangan pekerjaan, PSSI tidak bisa membahagiakan masyarakat bola.
Kalau "something's gotta give" itu liganya, jadwal kembali karut marut, biaya kembali membengkak untuk sesuatu yang emosional, dan pemborosan karena hal sederhana begini bukanlah sesuatu yang "responsible" di saat banyak masyarakat kita sedang kesulitan memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
Dikatakan oleh Azrul, bahwa banyak di antara kita tidak ingin kehilangan STY sebagai pelatih timnas.
“Kita juga tidak ingin klub-klub kembali merasakan suffering ala rezim-rezim PSSI masa lalu. Dan kita sangat, sangat, tidak ingin kehilangan ketua umum PSSI seperti Bang Erick Thohir,” ucapnya.
Menutup tulisanannya Azrul Ananda menyampaikan bahwa, Untuk menuju lebih baik, semua pasti akan menghadapi ujian. Sekarang, kita kembali menghadapi ujian common sense (kewarasan?) menyikapi sepak bola Indonesia. Dari level tertinggi, semua yang terlibat di dalamnya, hingga masyarakatnya.***