MATA BANDUNG - Tidur bagi kebanyakan orang muda adalah sebuah momen yang ditunggu-tunggu. Tapi, bagi mereka yang sudah memasuki usia dewasa bisa tidur yang berkualitas (minimal 6 - 7 jam) tidak mudah dicapai. Pengaruh biologis karena usia jadi salah-satu faktor gangguan tidur.
Di sisi lain, ada penelitian yang menunjukkan bahwa kurang tidur dapat berisiko meningkatkan penyakit seperti hipertensi, serangan jantung, diabetes, depresi, dan penumpukan plak otak yang terkait dengan Alzheimer.
"Lebih dari separuh orang berusia 65 dan lebih tua mengeluh tentang kualitas tidur," kata profesor Universitas Stanford Luis de Lecea kepada AFP, dikutip Jumat.
Zat kimia di otak
Tim ilmuwan asal Amerika Serikat, termasuk de Lecea, kini telah mengidentifikasi bagaimana sirkuit otak yang terlibat dalam mengatur tidur-terjaga menurun dari waktu ke waktu pada sejumlah tikus. Studi diterbitkan di jurnal Science.
Untuk studi baru tersebut, de Lecea bersama rekannya memutuskan untuk menyelidiki hipokretin (hypocretin).
Hipokretin adalah zat kimia utama yang dihasilkan oleh sekelompok kecil neuron di hipotalamus, bagian otak yang terletak di antara mata dan telinga. Dari miliaran neuron di otak, hanya sekitar 50.000 yang menghasilkan hipokretin.
Baca Juga: Atasi Gangguan Tidur Tanpa Obat, Simak di Sini
Sinyal mata melek
Pada 1998, de Lecea dan ilmuwan lain telah menemukan bahwa hipokretin mengirimkan sinyal yang memainkan peran penting agar seseorang tetap terjaga.
Oleh karena banyak spesies mengalami proses tidur yang terpotong-potong seiring bertambah usia, maka dihipotesiskan bahwa mekanisme yang sama juga berlaku di seluruh mamalia.
Penelitian sebelumnya menunjukkan rendahnya hipokretin menyebabkan narkolepsi pada manusia, anjing, dan tikus.
Baca Juga: Penelitian Menunjukkan Orang dengan Gangguan Tidur Cenderung Alami Stres dan Depresi
Tes pada tikus tua
Tim menemukan tikus yang lebih tua telah kehilangan sekitar 38 persen hipokretin dibandingkan dengan tikus yang lebih muda.
Mereka juga menemukan bahwa hipokretin yang tersisa pada tikus tua lebih aktif dan mudah dipicu sehingga membuat hewan tersebut lebih rentan untuk bangun. Hal ini mungkin dikarenakan kerusakan "saluran kalium" yang terjadi dari waktu ke waktu.
"Neuron cenderung lebih aktif dan menyala lebih banyak. Jika neuron menyala lebih banyak, Anda lebih sering bangun," kata de Lecea.
Laura Jacobson dan Daniel Hoyer dari Institut Ilmu Saraf dan Kesehatan Mental Florey Australia dalam komentar di artikel terkait mengatakan bahwa mengidentifikasi jalur spesifik yang bertanggung jawab atas penurunan kualitas tidur dapat menghasilkan obat yang lebih baik.
Obat-obatan yang menargetkan saluran tertentu masih memerlukan uji klinis. Namun, de Lecea mengatakan obat retigabin, yang saat ini digunakan untuk mengobati epilepsi dan menargetkan jalur serupa, bisa menjanjikan.***