MATA BANDUNG - Hamas menyatakan perundingan gencatan senjata di Gaza mengalami jalan buntu karena sikap perwakilan penjajah Israel tidak konsisten. Hal tersebut disampaikan oleh anggota biro politik Hamas, Mohammad Nazzal, pada Jumat (29/3) di Ibu Kota Qatar, Doha.
Nazzal mengatakan perundingan di Doha tidak menghasilkan rasa saling pengertian, meskipun ada upaya dari para mediator. Walhasil, perundingan tersebut menemui jalan buntu karena sikap rezim Israel yang tak konsisten.
Ia menegaskan bahwa intensifikasi langkah militer di Gaza tidak akan membantu pemulangan tawanan Israel, dan ancaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melakukan operasi di Rafah tidak membuat pejuang Hamas ciut.
Baca Juga: Uni Eropa Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera Demi Cegah Bencana Kelaparan Makin Parah
Barnea yakin bahwa kesepakatan dengan Hamas dapat terjadi, tetapi Netanyahu menolak rincian perjanjian yang ditunjukkan kepadanya, demikian lapor Channel 12 yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Menurut kanal tersebut, usulan perjanjian mencakup pembebasan 40 tahanan Israel sebagai imbalan atas kembalinya penduduk Gaza utara tanpa syarat ke rumah mereka.
Kanal tersebut menulis juga bahwa Netanyahu menganggap proposal tersebut "lemah" dari sudut pandang Israel dan memerintahkan persiapan pendudukan Rafah di Jalur Gaza selatan.
Baca Juga: Biadab! untuk Kedua Kalinya dalam Sepekan, Penjajah Israel Melarang Pasokan Bantuan ke Gaza utara
Sementara itu anggota Kabinet Keamanan Israel Benny Gantz dan Gadi Eisenkot juga mendukung posisi Barnea, tetapi tidak mencegah Netanyahu dari menentang dan menolak perjanjian tersebut, kata media tersebut.