Meskipun pada akhirnya Rektor ITB kala itu akhirnya memberikan izin untuk membangun Masjid Salman.
Fasad yang unik menjadi ciri khas Masjid Salman ITB dibanding masjid-masjid pada umumnya.
Melansir dari laman ITB, atap Masjid Salman ITB terbuat dari beton dengan bentuk cekung, menggambarkan tangan yang menengadah ke atas seperti berdoa.
Ditemukan juga pola garis-garis banyak menghiasi dinding masjid menyiratkan makna habluminallah yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, sedangkan garis horizontal dimaknai habluminannas atau hubungan manusia dengan sesamanya.
Lantai masjid yang mampu menampung 1.500 jamaah ini terbuat dari kayu jati sehingga suasana adem menyelimuti saat memasuki masjid.
Didukung dengan pencahayaan lampu-lampu kuning yang dapat memberikan kesan teduh membuat ibadah semakin khusyuk.
Tak lupa dengan menara yang menjulang tinggi di luar Masjid Salman. Menara ini memiliki makna simbolik bahwa setiap manusia, terutama umat Muslim, harus memiliki pendirian dan iman yang kukuh terhadap Tuhan dengan tetap rendah hati dalam segala kesederhanaannya.
Meski sempat mendapat tidak persetujuan dari beberapa pihak, sembilan tahun kemudian, bertepatan pada hari Jumat tanggal 5 Mei 1972, Masjid Salman ITB diresmikan oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Doddy Tisna Amidjaja; dan dibuka untuk umum untuk melaksanakan salat Jumat pertama kalinya