Tingkatkan Kompetensi Guru Fisika, Dosen MIPA ITB Lakukan Eksperimen Berbasis Sensor Smartphone

- 22 November 2023, 23:05 WIB
Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.S selaku ketua program sedang menjelaskan eksperimen kepada para peserta
Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.S selaku ketua program sedang menjelaskan eksperimen kepada para peserta /Dok. ITB/

MATA BANDUNG - Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang kerap dianggap rumit oleh siswa dan masyarakat adalah fisika. Beberapa alasan yang menyebabkan fisika sulit dikuasai oleh peserta didik adalah metode pengajaran yang ketinggalan zaman dan seringkali hanya berupa ceramah.

Konsep penyelesaian soal yang hanya mengandalkan hafalan rumus tanpa disertai pemahaman terhadap fenomena fisis yang melatarbelakangi dan juga tentunya karena sulitnya konsep fisika itu sendiri yang seringkali bersifat abstrak memerlukan “bahasa” matematika yang cukup berat untuk dipahami orang awam.

Lokakarya yang diketuai oleh Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.Si yang telah diselenggarakan 27 Mei 2023 yang lalu dengan tema “Workshop Pembelajaran Fisika Melalui Eksperimen Berbasis Sensor Smarphone” telah digelar di gedung serbaguna masjid Salman ITB.

Baca Juga: Bantu Tingkatkan Budidaya Udang di Bangka Selatan, ITB Berikan Alat Ukur Kualitas Air Berbasis IoT

 

Lokakarya tersebut merupakan kerja sama antara Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB dengan para dosen dari Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik dari Program Studi Fisika ITB. Total peserta lokakarya hadir adalah 40 orang yang merupakan guru yang berasal dari beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Menurut Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.Si selaku Ketua Program Workshop Pembelajaran Fisika Melalui Eksperimen Berbasis Sensor Smarphone, ia menyebutkan bahwa rendahnya motivasi peserta didik untuk belajar fisika juga disebabkan oleh kurangnya penerapan konsep-konsep fisika di dunia nyata karena minimnya ketersediaan alat-alat eksperimen di sekolah.

“Hal ini yang menjadi pemicu bagi kami, Dosen Fisika FMIPA ITB untuk mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru fisika SMA melalui lokakarya penggunaan telepon cerdas (smartphone) untuk pembelajaran fisika,” ungkap Dhewa.

Baca Juga: PengMas ITB Pasang Alat Berbasis Sistem Informasi untuk Tingkatkan Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah 3T

Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.S selaku ketua program sedang menjelaskan eksperimen kepada para peserta
Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.S selaku ketua program sedang menjelaskan eksperimen kepada para peserta

Manajer LPP Salman ITB Jam’ah Khalid memberikan sambutan dan mempersilahkan kepada pemateri William Xaveriano, M.Si untuk memberikan materi terkait pengenalan aplikasi Phyphox dan instalasi.

“Pihak salman berterima kasih kepada para Dosen Fisika ITB telah menyediakan waktu untuk Seminar Pendidikan Fisika di Salman. Ini merupakan kegiata rutin di Salman untuk berkontribusi kepada masyarakat,” ujar Jam’ah.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan pemutaran video pengenalan aplikasi Phyphox untuk membantu pembelajaran eksperimen fisika pada siswa.

Dalam workshop yang Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, untuk masing-masing stand. Stand pertama, mengenai materi Gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan oleh Dr. Dhewa Edikresnha. Stand kedua, tentang resonansi gelombang bunyi oleh Arief Mustajab Enha, M.Si.

Stand ketiga, pengukuran medan magnet pada kawat berarus oleh Dr. Dian Ahmad Hapidin. Dan stand keempat, tumbukan lenting sebagian dan penentuan energi yang hilang saat tumbukan oleh Riris Sukowati, M.Si.

Setiap stand diberikan waktu 40 menit, untuk menjelaskan dan melakukan eksperimen ke peserta. Setiap 40 menit akan di rolling setiap kelompoknya sampai seluruh kelompok mencoba semua stand.

Baca Juga: Open House ITB Innovation Park Pamerkan Hilirisasi Produk Inovasi Karya Anak Bangsa

Metode Eksperimen

Peserta workshop sedangmellakukan eksperimen
Peserta workshop sedangmellakukan eksperimen

Secara singkat metode eksperimen untuk lokakarya adalah sebagai berikut. Untuk eksperimen GLB dan GLBB, digunakan lintasan dan trolley yang terbuat dari akrilik, lima buah tempelan magnet kulkas yang diletakkan pada lintasan, dan smartphone yang telah dilengkapi dengan aplikasi phypox yang diletakkan diatas trolley.


Lintasan kemudian dimiringkan dan diukur sudut kemiringanya. Pada eksperimen gerak lurus beraturan, trolley diletakkan pada bagian bawah lintasan dan kemudian ditarik oleh motor dengan kecepatan konstan. Pada ekperimen gerak lurus berubah beratuan, trolley dilepaskan dari bagian atas lintasan yang kemudian dipercepat ke bawah.

Besar kecepatan dan percepatan dapat ditemukan dengan menganalisis hasil yang diperoleh dari data pada phypox. Untuk eksperimen pengukuran resonansi gelombang bunyi, diperlukan sebuah kolom udara berisi air dengan kran air pada bagian bawah.

Baca Juga: ITB Umumkan Wisudawan Termuda dan Lulusan dengan Nilai IPK Tertinggi, Cek List Lengkapnya di Sini!

Peserta workshop
Peserta workshop

Selain itu, diperlukan dua buah smartphones dimana yang satu berfungsi sebagai sumber suara dengan frekuensi yang dapat diatur dan yang lainnya berfungsi sebagai sound meter yang dapat mendeteksi intensitas suara.

Salah satu smartphone diletakkan di atas mulut kolom udara lalu dibunyikan pada frekuensi tertentu sembari menurunkan ketinggian air dengan membuka kran air bagian bawah. Pada beberapa nilai ketinggian air dalam kolom udara, terjadi resonansi gelombang yang menyebabkan intensitas bunyi terdengar lebih keras.

Jika beberapa nilai ketinggian tersebut dianalisis, maka akan didapatkan kecepatan bunyi di udara. Untuk percobaan pengukuran medan listrik di sekitar kawat berarus, diperlukan catu daya sebagai sumber listrik, sebuah smartphone yang dapat mengukur medan magnet dengan menggunakan aplikasi gauss meter, dan beberapa kawat yang dbentuk menjadi kumparan berupa lingkaran dengan variasi diameter.

Baca Juga: Luar Biasa! Sebanyak 5.420 Mahasiswa ITB Diwisuda, 2.124 Lulusan Diantaranya Mendapatkan Predikat Cumlaude!

Besar medan magnet dapat divariasikan dengan mengubah nilai arus listrik yang melewati kumparan, diameter dari kumparan, dan jarak dari kumparan ke smartphone. Data kemudian dianalisis untuk didapatkan didapatkan kesesuaian antara data eksperimen dengan teorinya.

Untuk percobaan lenting sebagian, digunakan sebuah smartphone yang dilengkapi phypox dan beberapa jenis bola.

Bola yang digunakan adalah bola pingpong dan bola bekel. Bola jatuh dari ketinggian tertentu dan dipantulkan beberapa kali diatas kaca akrilik hingga kemudian berhenti. Phypox dapat mencatat waktu-waktu dimana bola menyentuh akrilik dan dipantulkan kembali. Waktu-waktu tersebut dapat dianalisis untuk menentukan koefisien restitusi masing-masing bola terhadap lantai akrilik.

Sebelum lokakarya, jumlah peserta yang belum terbiasa menggunakan telepon cerdas untuk pembelajaran fisika hampir seimbang dengan mereka yang telah memanfaatkannya.

Baca Juga: Tiga mahasiswa Teknik Kimia ITB Raih Juara III Kompetisi Karya Ilmiah I-Challenge 2023 Tingkat Nasional

Kuisioner Proses Pembelajaran Fisika

Peserta Workshop Pembelajaran Fisika Melalui Eksperimen Berbasis Sensor Smarphone
Peserta Workshop Pembelajaran Fisika Melalui Eksperimen Berbasis Sensor Smarphone

Hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa dari 40 responden, 11 orang belum pernah menggunakan telepon cerdas untuk pembelajaran fisika, sementara 19 orang telah menggunakannya dalam konteks pembelajaran tersebut, dan 10 orang menyatakan sikap netral terkait penggunaan telepon cerdas.

Terkait dengan dukungan sekolah terhadap pemanfaatan telepon cerdas dalam pembelajaran, hanya 15 responden yang menyatakan bahwa sekolah memberikan dukungan untuk pemanfaatan telepon cerdas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan telepon cerdas untuk pembelajaran fisika masih belum begitu umum di kalangan peserta.

Meskipun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 68%, pelatihan tambahan dapat membantu meningkatkan pemanfaatan telepon cerdas dalam konteks pembelajaran fisika agar dapat dimanfaatkan secara optimal.


Untuk lokakarya ini, tim yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari kelompok keahlian fisika material elektronik, program studi fisika ITB, mengadakan program pengabdian masyarakat dengan judul "Pengembangan Pembelajaran Fisika Melalui Eksperimen Berbasis Sensor Smartphone”.

Baca Juga: Keren! 9 Dosen dan Peneliti ITB Masuk Peringkat Top Kelas Dunia, Siapa Saja? Simak di Sini!

 

Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.S selaku ketua program sedang menjelaskan eksperimen kepada para peserta
Dr. Dhewa Edikresnha., B.Eng, M.S selaku ketua program sedang menjelaskan eksperimen kepada para peserta

Pada lokakarya ini, smartphone digunakan untuk eksperimen gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB), resonansi gelombang bunyi, tumbukan lenting sebagian, dan pengukuran medan magnet di sekitar kawat berarus listrik. Untuk persiapan lokakarya, panitia telah menyiapkan alat dan bahan secara mandiri dalam waktu sekitar dua bulan.


Setelah lokakarya, diadakan para peserta diberikan kuesioner yang terkait dengan tingkat kepuasan peserta. Semua peserta merasa puas dengan penjelasan para narasumber dan modul tentang materi lokakarya.


Sebanyak 90% peserta juga menyatakan telah terampil dalam menggunakan smartphone untuk beberapa eksperimen yang dilakukan dalam lokakarya dan lebih dari 80% peserta menyatakan akan menggunakan smartphone sebagai media pembelajaran fisika.

Baca Juga: Ulang Tahun ke 50, DKV ITB Gelar Visual Cultural Night Lifetime Achievement 2023

Dari hasil kuesioner, penggunaan smartphone diperkirakan akan semakin semarak dan menjadi alat yang semakin banyak digunakan untuk pembelajaran fisika ke depannya. Hal ini dapat memberikan banyak keuntungan terhadap proses pembelajaran di kelas karena beberapa hal.

Diantaranya adalah akses luas bagi siswa terhadap konten-konten fisika melalui koneksi internet dalam smartphone, kemudian teraplikasinya konsep dunia nyata ke dalam konsep fisika melalui sensor-sensor yang ada dalam smartphone, komunikasi antar siswa atau antara siswa dengan guru dan tutor di dunia maya, penyesuaian gaya belajar siswa sesuai dengan kebutuhan individu siswa, dan juga efisiensi dan pengorganisasian dalam proses pembelajaran.

Penggunaan smartphone dalam pembelajaran fisika akan menurunkan tingkat kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika sehingga tidak lagi dilihat sebagai momok yang menakutkan bagi para siswa.***

Editor: Mia Nurmiarani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x