Boikot Produk Israel di Malaysia, Starbucks Alami Penurunan Pendapatan 38,2 Persen

- 21 Maret 2024, 14:48 WIB
Starbucks adalah salah satu dari sejumlah merek internasional yang terlibat kontroversi di Asia Tenggara.
Starbucks adalah salah satu dari sejumlah merek internasional yang terlibat kontroversi di Asia Tenggara. /Aljazeera/Aiysah Llewellyn

MATA BANDUNG – Atas boikot yang terjadi di Malaysia, pemegang waralaba Starbucks, Berjaya Food, melaporkan penurunan pendapatan sebesar 38,2 persen pada kuartal keempat tahun lalu.

Pada bulan Maret, pendiri Berjaya, Vincent Tan, menyerukan diakhirinya boikot tersebut, dengan mengatakan bahwa Starbucks Malaysia dimiliki dan dikelola oleh orang Malaysia dan di toko-toko 80 hingga 85 persen karyawannya adalah Muslim.

“Boikot ini tidak menguntungkan siapa pun,” kata Tan.

McDonald's Malaysia, yang dimiliki oleh Restoran Gerbang Alaf, tahun lalu mengajukan gugatan terhadap Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) Malaysia dengan tuduhan gerakan tersebut merusak bisnisnya dengan menghubungkannya dengan perang Israel di Gaza.

Baca juga: 10 Tentara Bayaran dari Indonesia Masuk Ukraina, Empat Diantaranya Tewas

Dilansir dari siaran pers Aljazeera Rabu, 20 Mar 2024 mewartakan, bahwa pewaralaba McDonald’s di banyak negara mayoritas Muslim, termasuk Arab Saudi, Oman, Kuwait dan Uni Emirat Arab, telah menyatakan dukungannya bagi warga Palestina dan menjanjikan dana untuk mendukung upaya bantuan di Gaza. 

Meskipun pihaknya harus membayar biaya ke kantor pusat makanan cepat saji tersebut di Amerika Serikat, sebagian besar gerai, termasuk yang dioperasikan oleh McDonald’s Israel, adalah milik lokal.

Sementara Danone Indonesia yang mengoperasikan 25 pabrik dengan 13.000 karyawan di Indonesia, membantah adanya hubungan atau keterlibatan dalam pandangan politik, terkait perang di Gaza dan tahun lalu mengumumkan bahwa mereka telah menyumbangkan 13,3 miliar rupiah ($846.000) dalam bentuk bantuan kemanusiaan untuk Palestina.

Pada November lalu, Unilever Indonesia mengatakan bahwa mereka sedih dan prihatin atas konflik Gaza tersebut, dimana produk-produknya dibuat, didistribusikan, dan dijual oleh masyarakat Indonesia.

Halaman:

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x