Pakar ITB Sebut Ada Dua Penyebab Longsor yang Terjadi di Cipongkor Kabupaten Bandung Barat, Apa Saja? Cek Yuk

28 Maret 2024, 14:25 WIB
Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T. memaparkan karakteristik longsoran. (ITB/Fadila As-syifa Febriana) /Dok. itb.ac.id/

 

MATA BANDUNG - Seorang ahli longsoran dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T., menjelaskan penyebab dan gejala longsor di Kampung Gintung, RT 03 RW 04, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Menurutnya, penyebab longsor umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor prakondisi dan faktor pemicu. Faktor prakondisi melibatkan peristiwa yang terjadi dalam waktu yang relatif lama, seperti pelapukan, erosi, perubahan topografi, dan perubahan tata guna lahan. Di sisi lain, faktor pemicu terkait dengan peristiwa yang terjadi dalam waktu singkat seperti hujan deras atau gempa bumi.

Ketika gejala tidak stabil sudah terlihat karena faktor prakondisi, bahkan hujan ringan dapat mempengaruhi kekuatan lereng dan menyebabkan longsor. Namun, hujan lebat atau ekstrem, sekitar 150 mm/hari menurut ukuran BMKG, dapat menjadi pemicu utama longsoran dengan menurunkan kekuatan geser material pembentuk lereng.

Baca Juga: VIRAL! Kawanan Monyet Berkeliaran di Kota Bandung, Pakar ITB Sebut Jangan Lakukan Hal Ini!

“Kalau hujan ringan hingga sedang umumnya tidak menyebabkan longsor. Namun kalau hujan di atas lebat atau hujan yang memang ekstrem, 150 mm/hari menurut ukuran BMKG, dapat menjadi faktor pemicu longsoran. Intinya, hujan bisa menurunkan kekuatan geser material pembentuk lerengnya,” ujarnya, Selasa (26/3/2024).

Selain hujan, gempa bumi juga bisa menjadi pemicu longsoran. Namun, dalam kasus longsoran di Kampung Gintung, faktor utama yang memicunya adalah curah hujan yang tinggi belakangan ini.

Gejala longsor di kepala lereng ditandai dengan retakan-retakan memanjang pada tanah, sedangkan di badan lereng ditandai dengan pepohonan atau tiang-tiang listrik yang mulai miring. Di bagian kaki lereng, muncul sembulan tanah dan mata air karena bagian ini menahan gaya dari pergerakan bagian kepala dan badan lereng.

Mekanisme longsor di Kampung Gintung berbeda dengan yang terjadi di Kampung Cigombong, Kecamatan Rongga. Di Kampung Cigombong, gejala longsor sudah terlihat dari retakan-relatif melengkung di lapangan depan SD, sementara di Kampung Gintung, gejala tidak mudah terlihat karena terjadi di bagian atas lereng yang bukan merupakan area aktivitas warga.

Baca Juga: Pakar ITB Ungkap Kemungkinan 3 Penyebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung, Nomor 1 Semoga Tidak Kejadian

Longsoran di Kampung Gintung adalah jenis aliran bahan rombakan (debris flow), dimana material longsoran berupa tanah, fragmen batuan, dan bahkan pepohonan yang terbawa oleh air dan merusak rumah-rumah warga.

Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T., menekankan pentingnya partisipasi semua pihak dalam upaya mitigasi bencana longsor, termasuk pemerintah, industri, perguruan tinggi, lembaga sosial, media, dan masyarakat. Dia menyoroti perlunya peningkatan kapasitas masyarakat di daerah rawan longsor melalui pendidikan dan pelatihan.

Menurutnya, semua sektor harus bekerja sama untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor, terutama dalam mengenali gejala-gejala awalnya.

Metode mitigasi dapat dilakukan secara struktural dan nonstruktural, yang umumnya telah diterapkan di banyak tempat di dalam dan luar negeri.

Baca Juga: Pakar Transportasi ITB: BIUTR Tak akan Selesaikan Kemacetan di Bandung, Kita Tak Bisa Terus Akomodasi 'Demand'

Upaya mitigasi struktural dilakukan dengan mengurangi gaya yang memicu longsor dan meningkatkan resistensi lereng. Ini termasuk modifikasi geometri lereng, perbaikan saluran air, penguatan material lereng, dan pembangunan struktur penyangga.

Metode perlindungan terhadap longsoran aliran bahan rombakan seperti dinding pengelak, pagar pemecah aliran, dan cekungan penampung aliran juga diterapkan.

Di sisi lain, tindakan nonstruktural seperti sosialisasi peta rawan bencana dan pemasangan rambu peringatan bencana harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Selain mitigasi, pemantauan terhadap lereng yang rawan longsor sangat penting untuk memberikan peringatan dini terhadap bahaya longsor.

Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T., menyatakan bahwa potensi longsor bisa terjadi di berbagai lokasi dengan tingkat potensi yang berbeda, namun kesadaran terhadap gejala-gejala awalnya tetap menjadi kunci dalam mitigasi.***

Editor: Mia Nurmiarani

Sumber: itb.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler